Rabu, Januari 28, 2009

...bagai kepompong...

Ayik, sahabat gemblung, datang ke ibukota, nengok susuh saya. Wah, saya langsung sibuk tengak-tengok seputar susuh, adakah (barangkali ada) kepompong yang menggelantung atau nyempil di sudut susuh..



Sayang di susuh tidak ada kepompong yang bisa saya jepret...tapi untungnya ada Wiki, sehingga saya dapat deh gambar kepompong yang luar biasa indah, keemasan... eksotis!
Pertanyaannya, Ayik akan berkunjung kok saya repot cari kepompong sih?

Persahabatan Bagai kepompong.....

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah
Berubah jadi indah...

Persahabatan bagai kepompong
Memaklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Nananana...

(kepompong, sind3ntosca)


Perbedaan..
entah itu warna,
entah itu selera..
entah itu nasib hidup..
entah itu jarak,
entah itu pendapat,
namun bila teruntai dalam persahabatan...
terangkum saling memaklumi...
maka laiknya bunga berbeda yang sama-sama merekah...
perbedaan itu akan tampak indah....
persahabatan itu akan merekah ...




Contohnya, harmoni paduan rangkaian bunga di meja makan yang saya jepret pagi ini...
justru kontrasnya berbedaan warna itulah, yang membuat perbaduan begitu manis! Betul?


Nah, crita di atas itu versi manisnya....sedangkan crita asli kunjungan Ayik ke ibukota....wah isinya cekikikan, tangisan, makan, jalan, reuni dengan teman lama lain, di Jakarta, di Bandung, foto-foto....

Anyway, thank you ya Yik, sudah main ke jakarta dan nginep di susuh...semoga bawa pulang kenangan manis. (Gambar di atas, duo emak sedang kenyang)

Nah sob, ada kegiatan dengan sahabatmu belakangan ini?


Selasa, Januari 20, 2009

Mengejar SilueT...


(Dua hari yang lalu...)
Bangun pagi-pagi, setelah Sholat Subuh, buka jendela dan pintu susuh, udara segar langsung menyeruak masuk, menyegarkan. Cuaca Bandung dini hari itu cerah dan hening setelah semalam sempat hujan mengguyur...
Subuh itu, subuh di hari libur lagi, tidak harus cepat-cepat sarapan, tidak harus cepat-cepat dandan untuk ke kantor, tidak ada janjian khusus....dan hanya berdua saja dengan si handsome soulmate.
Enakke ngopo iki?

Enaknya: Mengejar Siluet...

Akhirnya kami putuskan jalan-jalan keliling komplek, susuh Bandung, berdua. Saya berbekal kamera, suami berbekal arit! Holoh, kok arit? Iya arit, sekalian persiapan karena nanti agak siangan dikit ada kerja bakti bersama menghijaukan taman komplek.
Jadi, agenda kami pagi itu...mengejar siluet!
Suasana yang masih lumayan gelap, hanya dibantu sorot kecil matahari yang mulai mengintip di balik daun-daun cemara...menjadikan sekeliling kami menjadi siluet-siluet yang indah... , inilah hasil kejaran kami....


Siluet pucuk cemara...nyepruk persis di taman depan rumah...

Siluet bunga palem, seperti manggar...masih bayi, sebentar lagi bunder-bunder menggelantung...

Siluet pohon kersen, meski buahnya aneh tetapi pokok pohonnya bagus, cucok buat peneduh..

Siluet bunga udang, lengkungannya lentur..

Siluet ranting kering....meski penanda berakhirnya masa bakti, tapi masih menyisakan keindahan....

Kalau anda suka ngapain di dini hari, di hari libur?



Senin, Januari 19, 2009

Harga BBM turun...?


Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah turun, bahkan tiga kali dalam waktu yang berdekatan. Masyarakat harap-harap cemas. Dikala harga BBM naik, maka secara serempak dan seperti otomatis ongkos transportasi, harga sembako dan kebutuhan hidup lain ikut naik, seolah punya alasan yang sah dan tak terbantah. Haiyah!
Nah, akankah turunnya harga BBM juga diikuti oleh turunnya harga-harga lain? Semula pihak Organda ogah menurunkan taris angkutan umum dengan alasan turunnya harga BBM tidak menurunkan operasional trayek...tapi setelah didesak dan disidak... terpaksa mau, itupun ditentang oleh pengusaha taksi dengan berbagai argumennya...
Tapi yang jelas, tadi pagi saya ke pasar...harga satu biji (baca satu biji) tomat dengan ukuran tidak besar adalah seribu rupiah!!
Apa yang harus dilakukan nih?

Solusi Hijau...

Karena kebon adalah tempat dimana saya dan keluarga memperoleh kesegaran, menghirup udara penuh O2 dan memanjakan mata memandang kehijauan...ke kebon juga kami berlari saat kebutuhan hidup menghimpit kami (walah....dramatisasi).

Kalau perkara harga tomat yang mahal belakangan ini...tidak perlu kuatir..khan ada solusi hijau! hehehe...Apaan tu?

Solusi hijau kami adalah tersenyum manis pada tanaman tomat kami yang tadinya tidak begitu kami perhatikan (maaf ya, mat..bahkan untuk menanammu pun kami gunakan kaleng bekas cat)...Seolah tahu goncang-gancing pasar, si tomat berbunga, pertanda ingin mempersembahkan buahnya! Wah...segera kita sayang-sayang dia, kita rapiin pokok batangnya, kita iket sana sini agar tumbuh bagus dan sehat..

Tampak Ulin dan Ulan sedang membantu papinya nggarap tanaman tomat kami, ada dua pot!

Ini bunganya...calon buah tomat lho...sementara...saya hitung ada tujuh bunga, kaluk jadi tomat semua dan satunya seribu rupiah...jadi tujuh ribu deh..hehe..




Ada tangan terampil yang menangani tomat..


Cabe rawit juga dibiarkan sampai merah dulu, biar makin hot...siap buat bikin sambal goreng..


Bunga pepaya gantung tidak dibiarkan jatuh berguguran, tapi dipanen untuk dibikin oseng.




Minggu, Januari 18, 2009

Stress? Enggak lagi tuh...

Setelah sempat layu dan nyaris "dut" gara-gara pindah pot yang tidak diikuti treatment yang baik dan benar, senthe wulung saya akhirnya alhamdulillah pulih kembali kesehatannya. Begitu kami ketahui sebab-musabab kenapa dia stress, segera kami masukkan ke UGD: buru-buru kami pindah ke tampat teduh, buru-buru kami potong daunnya yang layu untuk mengurangi beban tanaman pada saat berjuang melawan stressnya..

Akhirnya..hanya dalam beberapa hari si senthe segera beradaptasi dengan rumah barunya. Daun baru mulai tumbuh, dan saat ini malah sudah mekar nyaris sempurna. She is fully recovered!


Lha terus...bagaimana dengan saya? Bukankah pada saat senthe stress, saya juga stress gara-gara di suatu acara ibu-ibu di Bandung saya didaftarin mengikuti lomba me-wiru jarik atau membuat lipitan-lipitan pada pinggir kain batik jawa?
Senthe saya berhasil mengatasi stress-nya, bagaimana dengan saya? Bagaimana nasib saya setelah lomba me-wiru kain itu berlalu?...Apakah nasib saya sama dengan nasib senthe? ataukah berbanding terbalik? Halah...

Sang Juara!

Ihik..tanpa diduga, tanpa dinyana..lha kok saya juara satu!! (malu nggak sih?) . Sungguh sebetulnya saya sama sekali bukan pakar wiru, bahkan boleh dibilang nyaris tidak pernah me-wiru, mau didaftarin ikut lomba juga karena janjinya pokok asal meramaikan saja...padahal juga pada saat itu guru tempat saya bisa bertanya (ibu dan ibu mertua) juga berada nun jauh di Solo sana. Akibatnya saya hanya bisa tutorial jarak jauh, melalui telpun. Kemudian juga browsing di internet...


Yang jelas, beban telah hilang, stress telah kabur terbawa angin kencang. Well, sebagai juara satu, tentu dong ada hadiahnya...apaan tu? Huaha..bukan..bukan handuk sih....tapi...(Ayik tahu..tapi you jangan ember ya Yik! awas kwe!)
Yang pasti, saya harus menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Yangti, Mbahti,
mbak Tuti Nonka (kaget lagi, mbak?), pak Agus Suparto, dan..my Handsome Soulmate (suit...suit..), karena merekalah, saya termotivasi dan mengerti dikit-dikit ilmu wiru jarik, diantaranya:
1. begitu banyak nama motif batik jawa, diantaranya sidomukti, sidoluhur, wirasat, truntum, wahyu tumurun, parang rusak, klithik, lereng dan lain-lain..dan lain-lain..(psst...jangan bilang juri saya kaluk diminta mengenalinya juga ndak apal...untung tidak ditanyakan lho...*ngelus dada*)
2. Motif Yogya cenderung banyak warna putihnya, motif Solo cenderung coklat sogan (yang ini sudah tahu semua bukan? kaluk belum tahu pasti karena sampeyan orang Jerman).
3. Pinggiran kain yang berwarna putih yang untuk model Solo disembunyikan rapat-rapat, model Yogya malah dipamerkan (Yogya, I don't understand you!)
4. Kalau jarik bermotif lereng, arah lereng menurun untuk Yognya, dan arah naik untuk Solo (lha teori ini saya ndak ngerti maksudnya, mbak Tuti Nonka, tulung?).
5. Lebar wiru 2-3 cm untuk puteri, 5 cm untuk putera.
6. Jumlah wiru ganjil, bisa 7, 9, 11 atau 13...idealnya mencapai sepertiga panjang kain (itu bila memungkinkan...mungkin sih kaluk yang pakai langsing!).
7. Letak wiru, disebelah kiri untuk puteri ( jadi kain dipakai melilit searah jarum jam), sedangkan untuk putera, sebaliknya.
8. Hati-hati bila motif tidak pyur (senada, sama, simetris), melainkan dengan corak tertentu: gambar burung, daun, rumah, bunga jangan sampai terbalik...
9. Setelah wiru selesai, cara melipat juga ada aturannya, jarik puteri dilipat bentuk yoni, putera bentuk lingga (yang kayak apa sih?)...
Hanya saja, ternyata pas lomba tidak diminta untuk melipat jarik-nya. Lega? Oh, tidak! Karena peserta justru diminta untuk langsung memakai jarik itu, dilihat proses pakainya dan diteliti hasilnya...ini yang saya tidak duga sebelumnya!!

Anyway, akhirnya semua telah selesai, plong! Sore harinya tinggal santai-santai...sambil nunggu the handsome soulmate pulang kantor...saya jalan-jalan di kebon, potret sana potret sini....kebetulan banyak kembang di susuh Bandung kami yang sedang mekruk, seolah ikut bungah! Ini buktinya....


Mawar ungu muda ini sungguh besar, fully blooming, persis di depan jendela kamar kami.



Zooming the big light-purple rose!


Ini koleksi mawar marun kami, tumbuh persis di bawah mawar ungu,
kelopaknya lebih kecil, tapi...produktif abis! Satu kali shoot, termasuk yang kuncup
saya hitung ada sepuluh kuntum! yang tak terpotret masih ada lho...


This is the zooming of our productive maroon rose, it's indeed excotics, isn't it?


Ada juga mawar putih...sebetulnya ini mawar biasa saja...
yang suka buat bunga tabur itu...tapi kenapa nampak begitu indah?

Tampak indah? ya karena fotograpernya dong! Siapa?
halah..kok dikau masih clingak-clinguk saja sih?


Selasa, Januari 13, 2009

StresS!!

Gara-gara dipindah ke pot yang lebih besar, padahal maksudnya biar asupan nutrisi dan vitamin lebih banyak...wee..malah tanaman senthe wulung kami yang di susuh Bandung menjadi alum alias layu...Kebetulan juga setelah dipindah, agak kelamaan di bawah terik matahari (kesalahan nomer lima dalam memelihara tanaman hias...aarrgghh.. )
Keadaan pindah domisili yang tidak didukung oleh iklim yang sejuk ternyata dapat memicu keadaan stress pada tanaman.
Haiyah, kayak manusia saja ya? Yang memerlukan adaptasi dan lingkungan yang suportif agar tidak depresi.


Bagaimana denganmu, sob? Sedang stress-kah diri engkau saat ini?
Kaluk saya, hiks...terus terang iya! looh ada apa ini?


Bagaimana tidak stress?
Saya, tahu-tahu -dalam rangka memperingati Hari Ibu- didaftarkan untuk mengikuti lomba me-wiru jarik, alias membuat lipatan kecil pada pinggir kain batik yang suka dipakai para kaum hawa jika berkostum busana jawa itu lho...(pasti saya diketawain saja nih sama mbak Tuti Nonka, pasrah....*haiyah, kau gak usah ikut-ikutan, Yik!))
Memang sih saya asli jawa kluthuk, tapi khan...(wajah menunduk penuh penyesalan tiada guna)



Akhirnya, sore tadi saya konsul jarak jauh ke ibu mertua di Solo, ya dikit-dikit dapat tambahan ilmulah...alhamdulillah...tinggal prakteknya aja nih, barusan sudah saya coba me-wiru satu kali, tangan ini kethowal-kethawil (halah banget!). Ntar coba lagi...dan coba lagi...Stress!!

By the way, ternyata ada lho manajemen stress yang penting kita terapkan, yaitu hindari reaksi yang berlebihan:
Mengapa harus membenci, jika sedikit tidak suka sudah cukup?
Mengapa harus merasa bingung, jika cukup hanya dengan merasa gugup?
Mengapa harus mengamuk jika marah saja cukup?
Mengapa harus depresi ketika cukup merasa sedih?


Minggu, Januari 11, 2009

Cinta Raksasa...


Zaman lalu...
Sewaktu kami muda belia...
Untaian puisi yang dikirimnya lewat pos..
Meski dibaca berkali, dada ini tetap gemuruh setiap kali...
Juga..
Deringan telpunnyapun,
Sanggup melonjakkan jantung yang simpan sejuta kangen...
Bagaimana denganmu sob, cara urai hati yang penuh cinta?

Namun kini....

Jasa Pak Pos telah terganti.
Dan untaian puisi-pun tinggal menjadi album..
Gelora darah muda cukup dikenang dengan senyum simpul penuh malu..
Tak lagi getar hati merindu..
Semua berubah bergradasi seiring waktu...
Semua berganti...


Jadi....gitu deh...
Di usia pernikahan yang sudah puluhan tahun ini,
Ungkapan cinta sudah tak ada nyambung-nyambungnya dengan romantika jadul dikala muda..
Cinta menggebu dan membabi buta telah ber-salin menjadi cinta kasih sayang, tanggung jawab, saling memikirkan kebutuhan dan mencoba saling membahagiakan dengan jalur yang tidak bombastis, tapi lebih realistis

Naaah...sore kemarin, pulang dari dinesnya di Bandung, suami memberi kejutan: oleh-oleh Kuping Gajah Raksasa! Pujaan istri ini untuk punya, yang belum juga terlaksana, sampai akhirnya... Kuping Gajahnya bener-bener besuaaar...ngalah-ngalahin Kuping Gajah warisan Yangkung dan koleksi kuping lain di susuh.....
Kuping Gajah itu kudaulat sebagai lambang cinta raksasa..kebersamaan kami berdua.
Ada yang pingin juga?

Nah sob, dengan cara apa diri engkau ungkapkan cinta?

Yang sedang berbunga-bunga



Kamis, Januari 08, 2009

Alih Fungsi...



Duluu..., (almarhum) Yangkung di waktu senggangnya suka menikmati acara tivi terutama dari manca negara...Oleh itu Yangkung bela-belain pasang parabola di halaman belakang rumah (rumah masa kecil kami di Solo...)..Komentar para cucu "wow...Yangkung trendi! punya parabola!". Menurut beliau senang dapat mengetahui keadaan suatu tempat nun jauh di sana, budayanya, kegiatannya, dengan hanya berada di kamar, sambil sarungan dan makan camilan...
Yang lucu, Yangkung suka channel tivi Perancis yang padahal tak satupun kosa kata Bahasa Perancis dimengerti oleh Yangkung...Sepertinya dengan melihat gambarnya saja Yangkung sudah dapat mengira-ngira jalan ceritanya..
Akan tetapi..........

Akan tetapi...semenjak Yangkung tiada (hiks!) tepatnya tanggal 30 November 2003 yang lalu...praktis tidak ada lagi yang memanfaatkan parabola itu. Tidak pernah lagi ada yang memencet channel luar negeri...Yangti tidak begitu hobi menonton tipi, yangti lebih suka berkebun, membaca, dan tindak pengajian. Parabola itupun nganggur...
Kemudian, pada suatu hari..
Yangti menanam bibit markisa tepat di bawah parabola...Karena markisa memang tanaman merambat..maka tak memerlukan waktu lama bagi sulurnya untuk merambati apa saja yang ada didekatnya..termasuk tiang dan payung parabola Yangkung! Walah...jadi sekarang ini parabola Yangkung berubah fungsi! Dari menjadi jendela manca negara berganti menjadi tempat rambatan markisa! Horok deh!
Markisa Yangti itu tumbuh dengan subur dan saya pernah bercerita tentang buahnya. Bahkan bibit markisa itu telah pula sampai ke susuh saya di Jakarta dan telah berbuah pula, juga telah menelurkan beberapa cerita...
Well sob, ada jugakah disekitar anda yang berubah fungsinya?

Markisa dibalik kawat parabola


Rabu, Januari 07, 2009

Bila Bumi Makin Panas (part 2)


(gambar:wikipedia)

Dua hari yang lalu saya merasa bahwa udara dan cuaca di sekitar susuh panas menyengat luar biasa..padahal ini bulan Januari yang seharusnya "hujan sehari-hari"...Sohib merasakannya juga? (tentu tidak, bagi yang sedang menikmati salju...) Mengapa ya? Ada apa ya? Sesuatu sedang terjadi?

Apakah ini terkait pemanasan global itu? Meningkatnya temperatur bumi sebagai akibat dari akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh efek rumah kaca? Efek rumah kaca adalah fenomena! Bumi makin hangat karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi dipantulkan ke angkasa, terperangkap oleh lapisan dari gas CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O (nitrogen dioksida), PFCS (perfluorokarbon), HFCS dan SF6 (sulfurheksaflourida)....(weleh...gas-gas apaan tu...), selanjutnya gas-gas tersebut disebut Gas Rumah Kaca (GRK). Sementara istilah rumah kaca sendiri sebetulnya adalah suatu bangunan yang dinding dan atapnya terbuat dari kaca tembus pandang, yang biasa digunakan untuk berkebun dan berfungsi menghangatkan tanaman yang ada di dalamnya...nah..tujuan utamanya adalah menghangatkan! Persoalannya kalau hangatnya sudah berlebihan...walah... malah jadi kepanasan! Apa jadinya kaluk bumi makin panas?..

Sebagai orang lugu, kaluk bumi makin panas ya saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal ini.
Atau, kaluk ndak ya saya manfaatkan untuk njemur brambang alias bawang merah yang sempat saya beli di daerah Brebes pada saat pulang mudik akhir tahun kemarin ini. Kaluk beli di Brebes murah lho apalagi pas panen...sekilo bahkan ada yang membrandhol Rp. 3500,00 (kasihan ya para petani)..
Lho ini mbahas goblal warming kok malah lari ke harga brambang kiloan....

Apakah sohib juga merasakan perubahan rasa di bumi ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk bumi yang makin panas ini?


Senin, Januari 05, 2009

Tie The Knot...

Liburan akhir tahun kami sempatkan nengok kebon yang ada beberapa pohon duriannya. Sampai di kebon...olala...duren sudah ada yang laik panen...ya sudah kita bawa pulang beberapa glundung..

Pohon durian di kebon ini, karena usianya yang cukup lanjut, batangnya sudah lumayan tinggi...sehingga buah-buahnya yang pating grandhul-pun terlihat nun jauh di atas dahan sana..
Padahal, cara Pak Nur (penjaga kebon) dalam ngopeni buah durian sungguh ajaib...setiap buah dia ikat satu-satu dengan tali rafia, supaya kaluk buahnya mateng dan pingin jatuh, tidak langsung jatuh ke tanah tetapi tergantung di tali, terayun-ayun dan kita tinggal mengambilnya utuh-utuh....Tanpa tali pengaman, bila jatuh durian di jamin berantakan tertumbuk batu atau tanah keras kebon, belum kaluk ada yang iseng memang nunggu durian jatuh dan berniat membawa kabuur.., belum kaluk jatuhnya tak sengaja pas di hidung orang yang sedang santai di bawahnya...

Jadi, mengikat durian memang perlu dan Pak Nur merasa enteng saja melakukannya..meski saya ngeri membayangkan aksinya..


Bicara soal tali, bicara soal mengikat...jadi ingat ungkatap "tie the knot" alias mengikat tali perkawinan. Lhoh? Kok bisa begitu? Mengapa? Ada-ada saja...


Gara-gara banyak yang mengikat tali perkawinan...dua atau tiga bulan terakhir kemarin itu kami kebanjiran undangan untuk menghadiri pesta pernikahan dan memberikan doa restu kepada mempelai berdua....Apakah anda juga? (yang jelas sohib saya Ayik kebanjiran order rewangan di tetangga-tetangganya)

Tampaknya Bulan Syawal sampai Bulan Haji adalah favorit para calon pengantin....sedangkan Bulan Sura, terutama bagi orang Jawa, adalah bulan yang dihindari untuk mengikat tali tadi. Bukti begitu memasuki bulan Sura, undangan pernikahan tak lagi kami terima. Mengapa? Saya tidak tahu pasti, kaluk menurut saya sihh...semua bulan adalah baik...bagaimana menurut anda?

Ahh..bicara soal pernikahan, keluarga, anak-anak, suami...rasanya di awal tahun baru ini pas sekali untuk merenung, mawas diri, introspeksi dan mengevaluasi apa yang telah berjalan dan terlakoni di tahun-tahun yang telah terlewat.....

Betapa banyak karunia yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Anak-anak yang sehat, suami yang dapat menjadi sahabat dan sandaran jiwa penat..Ya Allah...untuk semua ini, jadikanku mampu.....mampu mensyukuri limpahan nikmat ini...mampu bersujud dengan benar kepada-Mu, ..mampu belajar dari apa yang terajarkan selama ini....Ya Allah...ampuni ketidaksempurnaanku..