Jumat, Maret 27, 2009

TidaK NyobloS!!

Setelah berbulan-bulan kita "wareg" dengan aneka kampanye berbentuk iklan, baliho, selebaran dan lain-lain...dan beberapa hari ini mulai "teramprok" di jalan dengan rombongan kampanye dari berbagai partai dan...Pesta Demokrasi-pun tinggal dalam hitungan hari lagi!

Tapi, pada tanggal sembilan April besuk saya tidak nyoblos ah!

Nyontreng!

Iya dong, tidak nyoblos, tapi nyontreng gitu loh! Cuma terus terang sampai hari ini, saya belum punya "jago" yang dengan mantap akan saya contreng...saya betul-betul mewakili masyarakat lugu dalam hal politik....kalaupun nanti saya menyontreng sesuatu atau seseorang...itu karena sekedar berbekal analisis minim saja tentang potensi dari caleg dan parpol berdasar perang argumen, komentar dan manuver yang terbaca di media masa..

Meski tak yakin dengan potensi para caleg itu, tetapi sebagai anggota Daftar Pemilih Tetap (DPT) harus dong gunakan hak pilih kita, pilih yang menurut nurani kita paling oke dari sekian yang tidak oke...susah ya?

Bagaimana dengan dirimu sob? apakah sudah mempunyai kemantapan? atau masih terombang-ambing sebagaimana terayunnya daun bambu di susuh yang mengikuti kemana arah angin berhembus?

Atau memilih golput? golongan putih, seputih jamur yang tumbuh di rumput lapangan golf di susuh ini?

Menerapkan pemilu yang jujur dan adil bukan tugas yang gampang dilaksanakan di negeri ini. Sepertinya, menurut saya, negeri ini belum siap melaksanakan hajat besar ini dengan mulus tanpa kendala..namun pemilu tak dapat ditunda! Negeri ini berkejaran dengan waktu! Siapkah? Mampukah jurdil?

Warga kecil ini hanya berdoa, semoga proses pemilu tidak membuat kita maluuu....






Selasa, Maret 17, 2009

MurunG...

Ibu, cepat sembuh...



Tergolek lemah...
Namun tetap tersenyum diantara rintih lirih....
Selalu menyebut asma Allah sebagai obat perih...
Sosok sepuh itu,
Betapa adalah kekuatanku...
Betapa adalah helaan nafasku...
Bibir bergetar itu...
Kutahu tiada henti mendoa untukku sejakku bayi sampai kini...
Ibu, anakmu terguguk..
Tak ingin melihatmu tergolek lemah...

Empedu, lambung dan perangkat lain..
Yang telah setia mengabdi hampir di tahun ke tujuh puluh...
Rupanya perlu sedikit reparasi..
Sosok tabah itu,
Tetap tegar menjalani aneka langkah...
Ibu, segera sembuh...
Segera bercanda lagi dengan cucu-cucu...
Segera tengok kami lagi di susuh-susuh kami...
Ibu, segera sembuh...
Anakmu sed-dih!!



Sabtu, Maret 14, 2009

PeluH...

Wong CiliK (part-2)



Wiken kemarin ada kegiatan iseng yang kami sekeluarga lakukan: nempur alias beli beras untuk kebutuhan sehari-hari langsung ke petaninya di Cianjur!!

Saat perjalanan baru dimulai dan kami melintas di ladang dekat susuh Bandung, terlihat segerombolan peladang sedang memanen tanaman sawi hijau mereka. Saya dan suami pandang-pandangan, kemudian menepikan kendaraan. Baru kali ini kami lakukan: beli sawi hijau langsung ke petani, transaksi seikat besar sawi dilakukan di tengah ladang...it's really fresh from the field!

Harapan kami, semoga keuntungan penjualan (yang tak seberapa) langsung masuk kantong petani...
Sawi sudah dapet..tinggal berasnya nih!



Prihatin di Panen Raya!


Kosa kata "Raya" harusnya dikonotasikan dengan kegembiraan, kesuka-citaan dan pesta. Tetapi sungguh bikin trenyuh nasib umumnya para petani, mereka justru susah saat panen raya karena itu artinya harga gabah malah turun atau bahkan anjlog! Bagaimana tidak susah? Harga gabah kering pungut (GKP) yang berlaku di sejumlah sentra produksi padi saat ini -yang belum benar-benar masuk masa panen raya!- oleh tengkulak hanya dihargai Rp. 2.400,00-Rp. 2.500,00 per kg (jenis IR 64). Bahkan gabah yang kualitas rendah hanya mampu terpasarkan dengan harga Rp. 2.11,00-Rp.2.200,00 per kg. Semakin luas areal persawahan yang panen raya, semakin murah harga gabah. Bila ditambah dengan turun hujan setiap hari sehingga mengakibatkan kualitas gabah menurun karena basah dan lembab maka harga gabah makin terpuruk!

Oh petani, betapa peluhmu dihargai murah sekali...

Sedihnya memikirkan nasib wong cilik..

Tak banyak yang dapat kami perbuat, kecuali membeli beras langsung padamu, dengan harga diatas harga yang dibeli Bulog. Tapi kami sanggupnya hanya beli sekarung, yang tidak akan habis-habis kami konsumsi berminggu-minggu...

Oh petani, pilu nasibmu...


Sob, apa pendapatmu?





Senin, Maret 09, 2009

Rambut Nenek...


Buah jagung di susuh Bandung makin montok. Rambut jagung yang awut-awutan dan warnanya yang putih keperakan, mengingatkan saya pada: rambut nenek dan uban!

Sekian tahun yang lalu, setiap lebaran tiba...ada yang selalu dinanti saat kami bersilaturahim ke simbah buyut di desa. Selain bahwa kami sungkem, mohon pangapunten dan mohon doa restu, ada satu jenis kuliner yang kami tunggu: rambut nenek! Sebetulnya ini adalah makanan sejenis arum manis yang dibuat sendiri oleh tuan rumah. Warnanya tidak merah jambu atau hijau atau ungu tetapi kecoklatan. Mungkin karena warnanya itulah maka disebut rambut nenek! Pernah mencicipi juga?


Rambut jagung ini juga mengingatkan saya pada helai-helai uban yang mulai tumbuh di kepala. Oh, uban, kapan dia akan muncul tak dapat kita prediksi secara tepat. Bude saya, meski sudah sepuh, tapi rambutnya banyak yang masih hitam, sedangkan kenalan saya..masih muda tapi hampir semua rambutnya telah memutih. Yang jelas, uban muncul bukannya tanpa sebab. Menurut penelitian sebab-sebab tumbuh uban antara lain bila kelenjar rambut terganggu, folikel rambut berhenti memproduksi melanin atau penghasil pigmen, faktor genetik, kurang gizi, pernah mengalami penyakit tertentu..atau yang jelas...karena kita makin tuwirr....

Untuk mencegah uban tumbuh terlalu dini, suplai rambut dengan vitamin yang dibutuhkan, konsumsi makanan sehat tanpa bahan pengawet...dan terakhir santai aja...nikmati aneka warna rambut yang tumbuh di kepala...dan kalau kita memang sudah waktunya beruban justru uban menjadi pengingat bahwa waktu terus berjalan dan sudahkah kita gunakan waktu dengan sebaik-baiknya?




Kamis, Maret 05, 2009

TrenyuH....

Wong CiliK...

Trenyuh bener menyaksikan perjuangan wong cilik dalam mencari nafkah, demi menyambung hidup, dengan ameng-ameng nyawa...

Caritanya, hari Minggu yang lalu, tetangga depan rumah punya hajat menebang pohon palem yang memang dirasa tumbuh terlalu tinggi dan berpotensi membahayakan khalayak ramai. Kemudian menyewalah satu tim kecil penebang pohon, tim wong cilik!

Pertama, salah satu anggota tim naik batang palem, menuju puncak. Yang bikin miris, pengamanannya sangat minim atau malah tidak ada sama sekali, hanya berbekal pengalaman manjat barangkali, dan tekat nekat! Langkah awal dia potong habis pelepah palem yang panjang dan lebar itu. Setelahnya, batang ditebang dan ambruklah palem itu.

Kemudian tugas akhir mereka, mencacah palem sehingga menjadi bagian-bagian kecil supaya mudah diangkut, dibawa pergi ke tempat pembuangan dengan gerobak.

Yang jelas, hanya beberapa puluh ribu upah yang mereka peroleh untuk kerja keras membahayakan itu. Namun yang pasti, penghasilan itu halal!
Pernah mengamati perjuangan wong cilik lainnya?




Minggu, Maret 01, 2009

melalui, menikmati, mensyukuri...

Semrawutnya beban pekerjaan belum sepenuhnya kelar...ada beberapa bagian pekerjaan kecil yang telah selesai memang tetapi yang pentholannya...oh itu yang belum! Nafsu makan ini belum balik, tidur ini belum bisa sesengguran alias belum kedengeran ngoroknya!

Tetapi memasuki wiken ini, saya berniat untuk melupakan sejenak carut marut kekusutan pekerjaan..saya ingin memiliki me time, ingin berleha-leha bersama si handsome soulmate dan dua konyil kami..


Dua hari yang lalu, suami sms "ada kiriman mawar banyak sekali"...Wah, kesenangan saya itu, mawar. Hanya saja ngirimya ke susuh Bandung. Wah, kaluk nunggu di bawa ke Jakarta, bisa busuk duluan. "Di foto aja deh mawarnya..ntar yang dibawa pulang fotonya, mawar asli bagi-bagi aja ke tetangga dan sohib-sohib"...balas saya..

Dan begitulah, setelah suami sampai di susuh Jakarta, saya segera bongkar oleh-oleh suami berupa hasil bidikan mawar-mawar itu, saya edit sana-sini dan saya sebar-sebar di postingan ini..sebagai tanda bahwa saya mencoba menikmati wiken ini sebelum tau-tau Senin datang. Senin? Aaarrgghh...


Yang bikin sutris...

Selain pekerjaan harian, saya sedang dihadapkan dengan pekerjaan pelik yang sebetulnya adalah warisan persoalan zaman dulu kala, persoalan muncul dan berlarut sampai sekarang karena mis-management para pejabatnya pada waktu itu. Ceritanya, saya yang ketiban pulung, kebagian cuci piring! Hanya saja, kalau saya tidak mampu menangani permasalahan ini, dampaknya akan membuat mandeg pekerjaan semua unit seantero kantor saya. Apik bener, bukan? Get the point why I am sooo.. depressed?

Terimakasih sohib...

Beruntungnya saya punya sahabat blogger yang pada baik hati. Terimakasih aneka saran dan hiburannya. Guess what, saya menuruti hampir semua saran teman blogger dan saya menikmati semua hiburannya. Diantaranya berusaha tetap nyante, tetep blogwalking, refreshing dengan berwisata kuliner, hunting photos, dan ngopi. Yang saya tidak bisa laksanakan adalah bernego dengan bos dan ambil cuti. Wah, apa kata dunia bila saya cuti gini hari? Ntar kaluk semua sudah kelar... baru deh!


Kecemasan itu...

Ternyata, semua orang pernah terserang cemas. Dan apesnya, banyak yang putus asa karena merasa tak sanggup melewatinya. Menurut para psikolog, kecemasan pada taraf tertentu sebetulnya justru menguntungkan (masak sih?), tetapi kalau berlebihan malah menggiring kita ke sikap paranoid. Pertanyaannya: bagaimana kita menyikapi rasa cemas?



Tidak permanen!

Ini yang bikin sungguh sejuk hati, yaitu bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak permanen, termasuk segala permasalahan dan kecemasan itu! Life is so flexible and unpredictable! Badai akan berlalu, pasti!


Mbak Astrid mengingatkan saya untuk berpikir positif dengan lebih memandang gelas yang setengah penuh daripada menganggapnya setengah kosong. Dan ternyata, mengganti sudut pandang negatif ke positif meski tidak gampang harus selalu diusahakan. Mengapa harus resah berkelebihan terhadap pekerjaan yang belum kelar? Sedemikan resahnya seolah-olah tak ada jalan keluar sama sekali?

Baik, memang ada kalanya kegagalan harus dihadapi. Tapi setidaknya, pasti ada pengalaman yang bisa dijadikan guru karenanya. Mumpung gagal belum mampir, usir!


Janji!

Jangan banyak mengeluh!
Bersyukurlah! Seperti kata Lae, Lintang dan Life choice: kalau merasa sedang terpuruk di tempat kerja...ingat saja setidaknya tempat kerja itu ada...sementara pengangguran yang memimpikan tempat kerja begitu bajibunnya...Betul.

OK! Saya segera akan kabarkan dalam postingan nanti, bahwa saya telah berhasil mengatasi kecemasan dan kesemrawuta saya! Saya janji.
Special thanks to my beloved hubby and my two lil kiddos!
Thanks for the deep love, the huge care, the bright smile, the warm hug..
You're all the reason not to be blue..

(foto terakhir mawar, dibidiknya di kamar mandi, biar segernya awet kata suami hehe)