Kamis, September 24, 2009

Mudik: a half story....

Saat ini saya sudah berada di Jakarta, tetapi saya sebetulnya belum benar-benar bergabung di arus balik lho...saya masih dalam posisi mudik, hanya memang sudah balik! (aduh...bingung to?).
Memang begitulah Plan A mudik saya. Mudik saya baru separo...it's only a half story...

Khusus di postingan ini, saya pingin merekam dengan singkat perjalanan mudik tahun ini yang saya rasa paling unik dibanding mudik-mudik saya sebelumnya...(rekaman detail saya simpan dalam album saya saja...)

Selama saya dan suami berada di Indonesia (halah, emang pernah dimana siiih...di Kutub Utara ya?), hanya satu kali kami melewatkan Hari Raya Iedul Fitri di Jakarta, yaitu tahun 2003, itu karena Bapak dan Ibu saya sedang di Jakarta. Bapak sakit dan perlu dirawat di Jakarta, sampai kemudian beliau dipanggil-Nya seminggu setelah lebaran...sedihnya.....bener-bener lebaran kelabu.
Selebihnya, lebaran artinya: mudiiikk!!

Mudik bagi saya bukan sekedar tradisi. Saya memaknai mudik dengan filosofi yang tinggi. Mudik gambaran bakti, kasih sayang, kehangatan, silaturahim, permohonan maaf dan kerendahan hati seorang anak. Mudik tidak identik sekedar perjalanan menuju ke Solo, namun mudik adalah untuk sowan dan sungkem.
Tentu setiap ada kesempatan, sowan ibu saya lakukan. Tapi sungkem khusus di hari Lebaran, jangan sampai terlewatkan. Saya suka merinding mendengar pengalamam teman-teman yang kemudian kehilangan gairah pulang kampung setelah orangtua dipanggil menghadap-Nya. Mudik memang bukan sekedar pulang kampung, mudik adalah untuk ibu!
Oleh karenanya, saya sungguh menikmati kilometer demi kilometer yang kami lalui untuk bertemu ibu...menghadapi macet? siap! Ternyata lancar? alhamdulillah....

Mudik paling nyantai...

Tahun ini, mudik saya unik. Berangkat dari Jakarta hari Kamis malam, sampai Solo hari Sabtu siang. Horok, lama amir? Apakah terjebak macet luar biasa? Tidak, lalu lintas lancar-lancar saja. Ceritanya, dalam perjalanan ke Solo kami memang ingin bermalam di Bandung terlebih dahulu. Jum'at subuh selesai sahur dan sholat subuh di Grand Serela Bandung , kami memulai perjalanan dengan mengambil rute Jatinangor ke arah utara, tembusnya Tol Kanci Cirebon. Perjalanan lancar, semua tetap berpuasa. Sore harinya sudah masuk Semarang. Solo sudah dekat. tetapi karena suami ada undangan mendadak yang harus dihadiri di Semarang, maka kami memutuskan untuk menginap di Semarang, di Hotel Ciputra, Simpang Lima (acara nginep di Semarang ini memang sedikit melenceng dari Plan A). Malam hari hujan deras disertai angin kencang menerpa Semarang, tetapi kami sudah berhangat-hangat di kamar hotel dan kami tidak merasa terkungkung karena untuk mencari camilan sangat gampang, Hotel Ciputra ini menyatu dengan mall :)
Subuh berikutnya, seperti biasa, setelah sahur dan solat subuh di hotel, kami melanjutkan perjalanan ke Solo yang tinggal dua jam-an ini...Sabtu pagi setengah siang sampailah kami semua ke Solo dengan selamat dan sentosa...


Sholat Ied di lapangan Kottabarat cukup meriah. Yang penting sebagian besar umat Islam di Indonesia melaksanakan sholat Ied di hari yang sama...

Selesai sholat Ied, sebelum ibu kedatangan banyak tamu yaitu para tetangga sekitar, kami duluan sungkem ibu. Acara sungkem diawali dari anak yang paling tuwir (saya dan suami dong..), dilanjut adik-adik. Acara sungkem selalu disertai isak haru kami...apalagi beberapa tahun ini kami tidak bisa lagi sungkem ke Bapak...

Setelah sungkem selesai, segera kami hapus airmata dan bedakan lagi...ritual berikut dimulai, yaitu foto bareng. Lucunya, dari tahun ke tahun tempatnya di situ-situ saja, yaitu di ruang tamu dan dilanjut di teras...yang beda hanya baju-baju kami dan wajah-wajah kami yang perlahan-lahan pada menua hehe...(ngenes)

Foto bareng juga menjadi agenda wajib di rumah mertua...hanya bedanya keluarga saya relatif keluarga kecil, sedangkan keluarga suami...wah...sak umbruk! terlihat perbedaannya di foto khan? Keluarga suami yang sudah banyak itu sebetulnya belum komplit lho, karena kakak yang tinggal di Kendari tahun ini tidak bisa mudik.....
hanya pada hari lebaran kami bisa kumpul sebanyak ini...

Mahalnya kedisiplinan...

Seperti yang saya sudah pernah cerita, karena hari Kamis dan Jum'at pasca lebaran kami harus masuk kerja padahal belum puas mudiknya, maka pada hari Rabu sore saya dan suami kembali ke Jakarta dulu agar bisa masuk kerja hari ini dan besuk....Sabtu pagi kami balik ke Solo untuk menjemput anak-anak kembali Jakarta, itulah nantinya yang menjadi the real arus balik saya...doain lancar ya....
Gara-gara cuti bersama yang cekak ini, tenaga ektra harus dikeluarkan dan tiket ekstra harus diusahakan...but well, hidup memang perlu kedisiplinan...dan hidup juga perlu..mudik! so....

Senin, September 14, 2009

Mudik: Plan A.


Beberapa minggu terakhir ini kegiatan saya mbolak-mbalik lembaran almanak...mencari hari baik untuk mudik. Akhirnya ketemu: sebaiknya mudik sebelum lebaran dan kembali ke Jakarta lagi setelah lebaran! Halah...
Hanya saja, pelaksanaan mudik tahun ini bakalan agak pelik. Apa pasal? Sebagai buruh, saya terikat sumpah jabatan untuk tidak mbolos kerja dengan semena-mena. Menurut Keputusan Bersama Menag, Menakertrans dan Menpan tahun 2009 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama,.... cuti bersama Idul Fitri 2009 hanya dua hari yaitu tanggal 18 September dan 23 September 2009. Kamis-Jum'at yang sangat menggiurkan (tanggal 24 dan 25 September) itu harus masuk! Olala...
Total jendral, hanya ada waktu enam hari untuk mudik komplit dengan agenda silaturahim kemana-kemananya!....(padahal anak-anak sebetulnya liburnya masih panjang..)
Apa akal nih?

Keinginan kuat untuk mudik, dipadu kemauan untuk tetap menegakkan disiplin kerja, maka menghasilkan rencana mudik sebagai berikut:
1. Bergabung dengan arus mudik pada hari Kamis malam, tanggal 17 September 2009.
2. Bermalam di Bandung untuk mengumpulkan tenaga.
3. Jum'at subuh mulai bertolak dari bandung ke Solo. Insya Allah sampai Solo pada malam hari. Siap lebaran!!
4. Rabu tanggal 23 September, khusus saya dan suami kembali ke Jakarta, anak-anak tetap di Solo.
5. Kamis dan Jum'at saya dan suami masuk kerja (aarrgghh..).
6. Sabtunya, saya dan suami kembali ke Solo.
7. Minggunya, saya, anak, bojo kembali ke Jakarta...

Itulah Plan A mudik saya. Sedangkan Plan B? Tidak punya :(
Bagaimana denganmu, sob?

Kamis, September 10, 2009

sweat small stuff?

Tak pikir-pikir...(bukan tak gendong-gendong..), manusia itu (maksudnya saya) tanpa disadari kadang (atau sering) bersikap berlebihan, mendramatisir, berpikir terlalu mikro, njlimet, membesar-besarkan perkara kecil...picik!

Beberapa hari yang lalu, saat dines ke Kepulauan Seribu, saya sengaja bawa kamera, mengharap ada sesuatu unik yang bisa dijepret di sana. Singkat cerita, di tengah keasyikan hunting, seorang teman izin untuk pinjem kamera barang sebentar, rupanya dia tertarik untuk ikut menjepret. Ya sudah, kemudian kamera itu berpindah tangan. Sebetulnya kurun waktu pinjamnya tak lama, tapi saat mengembalikan dia kesulitan mencari tutup lensanya,...dia rogah-rogoh kantung celana...woo ternyata bolong...dan akhirnya disimpulkan lens cap itu ilang!
Sebagai penyayang kamera, saya tentu sedih!, kecewa!, kesal!, mrengut dalam hati!, membiarkan teman saya murung dan tidak enak hati. Kemudian saya mengabarkan ke suami, ke sohib gemblung Ayik, juga ke guru fotografi saya "Wah mas, brita buruk!, tutup lensaku diilangke teman, piye iki?" kemudian semua saya bikin heboh...pokoknya kelakuan saya lebay deh!

Padahal....

Padahal, toh temen saya itu tidak sengaja, dan dia terlihat begitu menyesal. Tutup lensa bisa di beli lagi, meski harus menunggu hari esok (lensa tanpa tutup bisa dilindungi dulu dengan apa kek...), ini perkara barang cilik, kok ngurusnya kayak ngurus negara aja...
Wah..wah...jadi malu, padahal juga baru beberapa hari lalu saya kirim komen ke bunda saya, bahwa paling enak hidup tidak perlu meributkan hal kecil, don't sweat the small stuff! , saya kutip kata Richard Carlton.
Akhirnya saya dapat tutup untuk lensa 5,2 mm saya itu, dan yang sekali ini saya cari yang pake tali, biar selalu nggandhul di bodi kameranya...
Satu persoalan kecil berlalu...
Persoalan lain muncul....
Barusan saya ada perlu mengeluarkan sim card kamera saya, trus sekarang saya lupa naruhnya...adduh!! I'm indeed an unorganized creature!

Persoalan lain lagi....
Beberapa minggu ini saya sedang senang-senangnya punya pohon pare di kebon. Tiap pagi sengaja saya luangkan waktu untuk menengok pertumbuhannya. Bergairah sekali rasanya bila selalu menemukan calon buah baru muncul, atau perut buah makin mbeldhug! Saya bercita-cita, saat panen raya nanti, saya akan undang ibu untuk memetik bersama, saya akan hayati betul proses petiknya, saya akan potret dulu aneka posenya...sebelum saya oseng!!
Akan tetapi...
Pulang dari dines di Serang, sampai rumah saya mendapati menu berbuka kok ada oseng parenya. Perasaan hati jadi tidak enak.
"Wak, belanja pare, ya?"
"Mboten bu, itu uwak dapat dari metik di kebon, lumayan..untuk nambahi lauk, uwak petik enam buah saja!".....buusyreet deh.
Tapi saya tidak boleh marah (mau berkurang nilai puasanya?)...ini hanya urusan pare, bung! enam biji itu kaluk di pasar cuma dua ribu lho...
(justru itu waaak....kamu mending ibu beri lima puluh ribu deh untuk beli pare di pasar...tapi jangan klangenan ibu itu kamu petik semaunya tanpa ada proposal terlebih dahuluuu......).
"Lima puluh ribu buat beli pare bu? walah...banyak amat ntar dapetnya!!...." kata uwak serius dan lugu. Oh, my bedinde...!!

Pernah pusingkan hal kecil, sob?

Kamis, September 03, 2009

bukan karena kau sempurna....

Suatu hari, adik saya dan saya terlibat SMS sengit...
Adik saya, "Mbak, kamu beli bukunya KD dong, ntar aku pinjem..."
Saya, "Kamu aja yang beli, ntar aku pinjem!"
Adik saya, "Kamu aja!"
Saya, "Kamu aja!"

Adik saya dan saya sama-sama punya hobi baca, tapi sama-sama pingin ngirit, jangan sampai keluar duit, kalau perlu biarlah pihak lain yang merugi!..hehe...(hobi yang aneh).
Lama tak ada kabar, akhirnya saya merasa kalah (mungkin karena saya kemudian menjadi lebih bijaksana, makin sabar dan mulai menampakkan gejala murah hati...hehe lagi), saya ke toko buku, dan membeli buku itu.

Saya SMS adik saya, "Aku udah beli buku KD", artinya silakan kalau mau pinjem.
Jawab dia, "Aku juga udah beli , baru mau tak kirim ke kamu!"
Addduhh!!!

Kemudian saya SMS Ayik, sohib gemblung saya, "Yik, aku punya buku KD yang baru, mau ikut baca?"
Jawab Ayik, "Mau...mau...mau..."
Halah!

Buku rahasia hidup KD itu saya lalap dalam waktu semalam...terlalu cepat memang, tidak setara dengan sitegang untuk menentukan siapa yang membeli buku itu. Saya menyukai biografi (tentu yang disajikan dengan gaya menarik, kalau dengan gaya sejarah, saya pening!), karena bagi saya siapapun dan bagaimanapun kisah hidup seseorang pasti ada hikmah yang bisa dipetik.
Di buku KD yang konon dia isi dengan tumpahan rahasia kebenaran hidupnya itu, ada sesi yang membahas tentang Anang, sang suami. Bab itu menggambarkan bagaimana KD mengagumi sang suami dan sangat bersyukur mempunyai jodoh dia...Pokokke deskripsinya menyentuh banget, dan saya suka keseluruhan pengungkapan bab-bab buku itu, meski saya sendiri tak akan pernah ingin membuat buku setelanjang itu.

Baru khatam baca buku itu beberapa hari yang lalu, tiba-tiba.... jedher-jedher!!... infotainment memberitakan mereka cerai! Ada topik selingkuh, suami bersikap dingin, anak komentar aneh-aneh tentang ibunya...!..Wah..apik tenan ini...
Jadi, buku macam apa sih yang baru saja saya baca ini.....? Saya terserang bingung...

Kesimpulan tentang buku KD:
1. Mbak Albhertiene Endah ini memang paling piawai merangkai kata, uraian kalimatnya sangat apik, banyak bagian yang saya ikut larut terharu...selamat mbak, you have that such talent! (kalau sob pingin bikin biografi saya rekomendasikan mbak ini...).
2. Kehidupan selebriti...oh riwayatmu kini...
3. Saya menyesal beli buku KD, tapi saya tahu itu memang salah saya sendiri (jadi jangan salahkan saya)...
3. Ingat suami jadinya...dan saya bersyukur jadi orang biasa!



bukan karena kau sempurna

bukan karena kau sempurna,
maka cinta ini selalu ada..

aku tahu, kau tak sempurna!
aku tahu kurangmu,
aku hapal cacatmu,
aku merasakan ketidakmampuanmu..
aku lihat kesalahanmu!

tapi kenapa cinta ini ada?

cinta ini terpelihara...
ternyata karena akupun tak sempurna...
aku ada kurangnya,
aku ada cacatku,
tidak mampuku..
juga salahku...

Jadi, sudahlah...
dua insan yang babar blas tak sempurna ini
memutuskan untuk terus saling mencinta saja...
daripada mumet kayak kisah Krisda..
I lop you pul, my hubi...
awas kalau kau tak lakukan sama!!
hehe..





Rabu, September 02, 2009

Cerita Cukur...

Preambule
Semalam, hujan cukup deras mengguyur sekitar susuh (pertanda mulai masuk musim penghujankah?, mungkin). Pagi ini, hati tertarik untuk jalan-jalan di kebon depan: menghirup udara segar dan mengamati daun-daun yang dibasahi embun (atau sisa hujan semalam?, mungkin).
Hasil pengamatan, terlihat satu tanaman yang saya rasa sudah terlalu panjang cabangnya. Dengan jenis rantingnya yang getas, maka ia gampang patah bila tertiup angin kencang atau terguyur hujan deras. Jadi, harus dicukur!
Cukur? Weleh..baru selepas subuh tadi saya ngobrol-ngobrol dengan suami membahas sesuatu yang dia peroleh saat dia cukur di barbershop lengganan. Cerita cukur yang menurut saya menarik!

"Dos pundi kabere pak Hadi, wangsul mboten riyoyo mangke?" (Gimane kabar pak Hadi, mudik gak ntar lebaran?), tanya suami saya pada pak Hadi sang tukang cukur.
"Wah pak, bagi saya itu wajib 'ain! Ibaratnya meski harus mbrangkang ya saya lakoni..." kata pak Hadi penuh semangat.
Waah...menarik ini! Mudik kok sambil mbrangkang....

Cerita pak Hadi
Karena desakan ekonomi, saya merantau ke Jakarta, dan direkrut paman menjadi tukang cukur. Gaji yang tidak memadai, membuat saya selalu merasa tidak mampu untuk pulang kampung. Saya tidak ingin terlihat merana di depan orangtua dan sanak di kampung sana. Apa kata dunia, mudik tak bawa sangu dan oleh-oleh? Kehidupan yang terseok menjadikan saya tidak pernah pulang selama lima belas tahun!

Pada suatu saat, di awal suatu bulan Ramadan, datang pelanggan baru yang ternyata teman lama saya waktu di kampung. Dia sukses di Jakarta. Sambil saya mencukur rambutnya, kami berbagi cerita.
"Boleh tahu dong kiat suksesmu?", tanya saya.
"Kunci suksesku adalah silaturahim ke orangtua dan sungkem kepada mereka!", jawab si teman mantap.
Saya sungguh tersentak dengan jawaban itu!, saya begitu terpukul!, saya teringat yang lima belas tahun itu!...ooh.... Detik itu juga saya bertekad, apapun yang terjadi lebaran ini nanti, saya harus pulang, saya jadi sangat kangen pada simbok dan bapak!
Ajaib, pagi berikutnya, praktis saya kelelahan, begitu banyak orang yang datang minta dicukur. Ini mungkin karena semua orang pingin tampil necis di hari lebaran nanti. Tapi bagi saya, ini ke-Maha Besar-an Allah. Ini terkait rencana saya mudik. Saya baru berniat, Allah memberi respon yang luar biasa, berupa rizki yang tiba-tiba mengalir deras. Saat-saat akhir menjelang lebaran masih saja banyak pelanggan berdatangan. Ini tidak biasanya. Sayangkah bila kesempatan meraup untung ini kemudian saya tinggal begitu saja untuk mudik?
Tekad saya sudah bulat, mudik is mudik! Pelanggan yang belum tercukur bisa menunggu setelah pulang kampung rampung.

Saya memeluk kedua orangtua, saya menangis sambil simpuh di pangkuan mereka, saya minta maaf telah begitu lama tidak sowan...
Orangtua saya bahkan tak menanyakan oleh-oleh yang saya bawa, juga tak menanyakan uang yang saya bawa pulang. Mereka hanya menyatakan selama ini juga kangen dan bertanya sehat-sehatkah saya sekeluarga...

Sejak itu, silaturahim ke orangtua menjadi agenda wajib.
Saya sekarang punya beberapa gerai cukur dan puluhan pegawai. Tapi saya tetap mencukur rambut pelanggan. Mencukur memberikan saya banyak pembelajaran....

Kesimpulan
Sob, apa kesimpulannya?