Rabu, September 02, 2009

Cerita Cukur...

Preambule
Semalam, hujan cukup deras mengguyur sekitar susuh (pertanda mulai masuk musim penghujankah?, mungkin). Pagi ini, hati tertarik untuk jalan-jalan di kebon depan: menghirup udara segar dan mengamati daun-daun yang dibasahi embun (atau sisa hujan semalam?, mungkin).
Hasil pengamatan, terlihat satu tanaman yang saya rasa sudah terlalu panjang cabangnya. Dengan jenis rantingnya yang getas, maka ia gampang patah bila tertiup angin kencang atau terguyur hujan deras. Jadi, harus dicukur!
Cukur? Weleh..baru selepas subuh tadi saya ngobrol-ngobrol dengan suami membahas sesuatu yang dia peroleh saat dia cukur di barbershop lengganan. Cerita cukur yang menurut saya menarik!

"Dos pundi kabere pak Hadi, wangsul mboten riyoyo mangke?" (Gimane kabar pak Hadi, mudik gak ntar lebaran?), tanya suami saya pada pak Hadi sang tukang cukur.
"Wah pak, bagi saya itu wajib 'ain! Ibaratnya meski harus mbrangkang ya saya lakoni..." kata pak Hadi penuh semangat.
Waah...menarik ini! Mudik kok sambil mbrangkang....

Cerita pak Hadi
Karena desakan ekonomi, saya merantau ke Jakarta, dan direkrut paman menjadi tukang cukur. Gaji yang tidak memadai, membuat saya selalu merasa tidak mampu untuk pulang kampung. Saya tidak ingin terlihat merana di depan orangtua dan sanak di kampung sana. Apa kata dunia, mudik tak bawa sangu dan oleh-oleh? Kehidupan yang terseok menjadikan saya tidak pernah pulang selama lima belas tahun!

Pada suatu saat, di awal suatu bulan Ramadan, datang pelanggan baru yang ternyata teman lama saya waktu di kampung. Dia sukses di Jakarta. Sambil saya mencukur rambutnya, kami berbagi cerita.
"Boleh tahu dong kiat suksesmu?", tanya saya.
"Kunci suksesku adalah silaturahim ke orangtua dan sungkem kepada mereka!", jawab si teman mantap.
Saya sungguh tersentak dengan jawaban itu!, saya begitu terpukul!, saya teringat yang lima belas tahun itu!...ooh.... Detik itu juga saya bertekad, apapun yang terjadi lebaran ini nanti, saya harus pulang, saya jadi sangat kangen pada simbok dan bapak!
Ajaib, pagi berikutnya, praktis saya kelelahan, begitu banyak orang yang datang minta dicukur. Ini mungkin karena semua orang pingin tampil necis di hari lebaran nanti. Tapi bagi saya, ini ke-Maha Besar-an Allah. Ini terkait rencana saya mudik. Saya baru berniat, Allah memberi respon yang luar biasa, berupa rizki yang tiba-tiba mengalir deras. Saat-saat akhir menjelang lebaran masih saja banyak pelanggan berdatangan. Ini tidak biasanya. Sayangkah bila kesempatan meraup untung ini kemudian saya tinggal begitu saja untuk mudik?
Tekad saya sudah bulat, mudik is mudik! Pelanggan yang belum tercukur bisa menunggu setelah pulang kampung rampung.

Saya memeluk kedua orangtua, saya menangis sambil simpuh di pangkuan mereka, saya minta maaf telah begitu lama tidak sowan...
Orangtua saya bahkan tak menanyakan oleh-oleh yang saya bawa, juga tak menanyakan uang yang saya bawa pulang. Mereka hanya menyatakan selama ini juga kangen dan bertanya sehat-sehatkah saya sekeluarga...

Sejak itu, silaturahim ke orangtua menjadi agenda wajib.
Saya sekarang punya beberapa gerai cukur dan puluhan pegawai. Tapi saya tetap mencukur rambut pelanggan. Mencukur memberikan saya banyak pembelajaran....

Kesimpulan
Sob, apa kesimpulannya?



26 komentar:

bu melfa mengatakan...

cukur,,bermanfaat,,berguna,,buat tanaman, bir tumbuhnya bagusan lg,, buat manusia,,ya biar ga gondrong ajah,,ntar gondrong ga prnh keramas,,banayk kutu lagi,,takuttt

Ernut mengatakan...

@melandri: kesimpulannya: ayoo cukuuuuur!

kakve-santi mengatakan...

saya baru aja cukur.. :)

ellysuryani mengatakan...

Yah, ayo cukur. Terutama cari tukang cukur yang menjaga tali silaturahmi kepada orang tuanya. Postingan menarik mbak.

Viral mengatakan...

Wow.. blognya cantik banget, postingannya bagus2.

Agus Joko Purwanto mengatakan...

Rumah cukur hanya satu contoh betapa kehidupan itu sekolah yang sesungguhnya..sekolahan dan kampus itu hanya belajar tentang ilmu yang telah liwat..makanya universitas sering ktinggalan dari industri, polisi ketinggalan ilmu dari malingnya, pemerintah ketinggalan dari rakyatnya...viva tukang cukur..but i just want to appreciate your idea..great idea...inspiring...selamat

Ocim mengatakan...

cukur mang mst biar nda gondrong hehehe

Ernut mengatakan...

@kak-ve: dalam rangka persiapan mudik juga?

@newsoul: ayoo

@viral: (hidungku kembang kempis..., kayaknya mau pilek maksudnya..) tq..

Ernut mengatakan...

@ajp: pertanyaannya, mas agus wis cukur durung? ojo nganti mudik rambut masih pating klewer ya..

@viral: akuurr..

mommy adit mengatakan...

Kesimpulannya? sering2lah bersilaturahmi dengan orang tua, insyaAllah rezeki mengalir..

indonesiatop mengatakan...

Bahasa posting blognya bagus. Cerita sederhana jadi begitu bermakna. Kalau dibuat buku bisa bagus nih.

indonesiatop mengatakan...

Bahasa posting blognya bagus. Cerita sederhana jadi begitu bermakna. Kalau dibuat buku bisa bagus nih.

Sekar Lawu mengatakan...

aja nyindir Mas Agus, mbol...rambute mas Agus ora pating klewer....( ngaciiir!)

Ernut mengatakan...

@mommy adit: seratus!

@ayik: pssst...mas agus ora gundul to? (kuatir....)

@indonesiatop: jadi pingin cari penerbit hihihi...btw tq..tq..

Ge Siahaya mengatakan...

Mantap.. :) Cerita yg menggugah. Bukan menggugah untuk cukuran lho.. hehehe.. tp menggugah untuk membuka gerai cukur... hlooo.. gimana toh? Xixixi..

Keren mbak, thanks for sharing!

~Srex~ mengatakan...

Hmm...intisari postingmu betul2 mengena.
Manusia hidup bukan untuk makan, tetapi sebaliknya. Janganlah kita hanya memikirkan materi semata, orang tua adalah wakil Tuhan di dunia, sungkem dan bakti pada mereka akan diganjar berlipat ganda...percayalah...!
Piye mbak...?

marsudiyanto mengatakan...

Kesimpulannya, sayapun harus mudik...

Arman mengatakan...

very very nice story!! thanks for sharing!!

emang kita gak boleh lupa ama orang tua ya... toh orang tua itu gak akan mengharapkan apa2 kok dari anaknya, gak mengharap oleh2 atau materi... dikunjungi aja pasti udah bahagia banget...

hiks.. jadi pengen cepet2 mudik... hehehe

Ernut mengatakan...

@G: buka warung cukur menjelang hari besar potensi laris ya mbak hehe

@srex: setuju banget mas..

Ernut mengatakan...

@marsu: ayoo bareng..

@aman: ke jkt opo sby, mas?

eskopidantipi mengatakan...

wew, saya semalem baru aja cukur di tukang cukur :P

Ernut mengatakan...

@eskopidantipi: brarti tinggal mudiknya to..

Anonim mengatakan...

thanks ya sudi berbagi kisah yg bagus ini. Saya jadi kangen pingin kecup tangan ibu dan ayah...

dyahsuminar mengatakan...

mbak ernut..
Bunda kalo pagi jalan jalan putar putar kebun,siap dengan pisau dan gunting...untuk motong tanaman gondrong dan juga yang kering.
Lha nek gak di CUKUR,tanaman itu juga males bersemi...bentuknya tak menarik lagi.

dyahsuminar mengatakan...

mbak ernut..
Bunda kalo pagi jalan jalan putar putar kebun,siap dengan pisau dan gunting...untuk motong tanaman gondrong dan juga yang kering.
Lha nek gak di CUKUR,tanaman itu juga males bersemi...bentuknya tak menarik lagi.

Ernut mengatakan...

@bundadyah: sip, bund!