Jumat, Mei 30, 2008

Patri CK

Sudah menjadi angan-angan sejak lama, bahwa meski sedikit aku ingin susuh yang ada kaca patrinya. Banyak yang rumah berpatri, tapi patri yang menghias pintu masuk CK ini sangat khusus, penuh makna dan dijamin tak ada yang lain yang punya. Pasalnya, pertama, disain patri ini aku gambar sendiri, dengan cara aku gambar saja di kertas folio kemudian kuwarnai dengan krayon anakku. Kemudian, tinggal aku sampaikan ke tukang patrinya, dia pindah ke dalam bentuk draft simulasi di komputernya, setelah setuju paduan warna dan harga, dibikinlah sama dia. Biasanya, dua potong kaca dalam satu pintu akan bermotif sama, tetapi yang kupunya, ini seperti cerbung, maksudnya bersambung. Jadi dua potong kaca itu sebetulnya adalah satu frame gambar yang terpisah oleh kayu, secara pintunya memang berdaun dua. Disainnya mengandung gambar bintang, yang adalah nama anakku, Lintang, sedang satunya gambar bulan, tentu untuk anakku, si Wulan. Kemudian, dihiasi pula dengan pelangi dan awan putih. Menurutku sih keren abis..wekekek..celebrate(kok ora ono sing ngelem to..). dan yang penting, puas banget hati ini, karena daun pintu ini bener-bener sarat ekspresi! (Lho ada yang berniat pesen disain? boleehh).
callme

ElevenTh SUSUh: CiJAWuRa GIRang



Salah satu hobi keluarga kami adalah runtang-runtung jalan-jalan kemana-mana. Beruntung, karena sifat pekerjaan Papi Owe yang mobile, maka pindah tugas adalah hal biasa dan itu justru makin memudahkan pelaksanaan hobi keluarga tadi. Pindah tugas artinya gairah baru..tempat jelajah baru, jelajah tempat indah dan jelajah kuliner menggoyang lidah.
Nah, susuh kesebelas ini (ke sebelas? banyak juga yaa..) adalah susuh pertama kami dengan lingkungan budaya yang lumayan berbeda dari susuh-susuh sebelumnya..lokasi susuh yang ini "nyunda pisan"..alias di kota kembang, Bandung...wilujeng sumping... di Cijawura Girang, yang kami beri panggilan rumah CG.
Berhubung Bandung-Jakarta tak seberapa jauh, maka frekuensi penjedulan papi ke CK adalah unpredictable, bisa subuh berangkat ke Bandung..ee..malamnya sudah nongol di CK lagi..weladalah..kita ya seneng ajah! Aku dan anak-anak juga lebih leluasa nylurut ke sana karena secara rute dan fasilitas jarak sudah sangat mudah dan nyaman..cukup bermobil 2 jam-an..kita sudah bisa ngekek-ngekek kumpul dengan keluarga. Alhamdulillah.

Kamis, Mei 29, 2008

TeNTh SusuH: LaMPeR


Setelah beberapa bulan menempati Mess Kagok, Semarang..akhirnya Rumah Dinas asli siap ditempati, di Lamper. Jadilah kami (tepatnya Mas Owe) pindahan lagi. Rumdin Lamper jauh lebih lebar..seperti rumah jaman belanda dulu..padahal Mas Owe lebih banyak sendirian di sini daripada ada kami..hiiii..untungnya pemberani. Posisi Lamper lebih di bawah dibanding Kagok, sehingga udara terasa lebih panas..tetapi udara yang panas tertolong oleh ruang-ruang yang luas. Sayangnya kami hanya sebentar di Lamper ini, karena kemudian Mas Owe mutasi lagi. Sampai-sampai tak sempat kami punya dokumen foto rumah Lamper. Kuping Gajah Yangkung ini mewakili gambar Rumah Lamper, karena secara KTP kuping gajah ini, meskipun sebetulnya penduduk asli Manahan, tetapi pernah menjadi penghuni Rumah Lamper karena kugondol dari kebun Yangti ke Semarang. Tetapi tentu, kuping gajah ini tak kemudian tertinggal di ibukota Jawa Tengah itu, dia ikut urbanisasi, dan sekarang jadi penghuni tetap Ck, mereka senang, buktinya tumbuh ijo royo-royo.busukbusuk

Ninth SusuH: KaGoK


Susuh ke-9 ini sebetulnya susuh sampingan. Ceritanya, karena Mas Owe tumpat tugasnya pindah ke Semarang, maka otomatis kamipun dapat jatah Rumah Dinas di Semarang, tepatnya di Kagok, Candisari. Meski base camp kami tetap CK, tetapi rumah Kagok juga menjadi bagian dari cerita kami, karena di tempat itulah tempat istirahat Mas Owe selama menjalankan tugas di Semarang. Dimana sempat, aku dan anak-anak selalu menghabiskan waktu ke Semarang, untuk menemani Papi Owe tentu dan untuk menjelajah Semarang, mecicipi kuliner khas dan mengunjungi obyek wisata sekitarnya. Rumah Kagok sebetulnya semacam mess, dan lokasinya sangat strategis dan keren abis. Rumah Kagok berada di atas bukit, sehingga pada saat senja, halaman depan menyuguhkan pemandangan yang sangat fantastis, kerlip lampu kota Semarang.
Semarang kaline banjir? Di Kagok tidak tuh?babai

Eighth SuSUH: CK House


Setelah belasan tahun terpendam, mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan: kami menemukan rumah kami. Sebuah rumah di Cipinang Kebembem..oleh karenanya panggilan kerennya "CK House". Rumah ini kusebut the real home, karena secara kepemilikan sebutannya bukan rumah keluarga ini, paviliun keluarga itu..tapi cukup dengan "rumah kami". Syukur tak pernah terputus akan karunia susuh yang satu ini. Alhamdulillah.sembah
Bagiku, rumah adalah tempat yang menjanjikan kehangatn, perlindungan, kebahagian, perhatian, cinta dan kasih sayang. Oleh karenanya, untuk CK House ini aku mengikuti perkembangan pembuatannya "dengan hati dan pikiran", tak ada sudut dari susuh ini yang luput dari perhatian dan sentuhan ide kreatif yang sebisa-bisanya kupunya dan kutumpahkan. Satu lagi, rumah adalah ekspresi. Di CK House kami tinggal sampai kini.senyum

Seventh SusuH: BOTIR..


Setelah setahun lebih tinggal di rumah keluarga Kasero, maka Mas Owe akhirnya berkesempatan memperoleh izin menempati rumah negara yang lokasinya masih di Jakarta (alhamdulillah cedak lagi dengan kantor kami berdua), tepatnya di Bojana Tirta yang suka disingkat menjadi BOTIR. Kami tinggal rumdin ini cukup lama, hampir sembilan tahun, sehingga bener-bener kami menyimpan banyak kenangan. Di rumah inilah lahir anak kami kedua (alm. Naufal), juga anak kami yang ketiga (Ulan). Di rumah ini pula sempat kami tinggalkan anak-anak selama empat puluh hari untuk ke baitullah..dan di rumah ini pula Yangkung kami bawa untuk berobat saat beliau didiagnosis menderita sakit yang susah dicari dokternya di Solo..sampai akhirnya beliau berpulang...hiks..nangih
(Foto, Ulin disayang yangkung di teras Botir).peluk

Sixth SuSuh: KASERO's



Sepulang kami dari Amrik..maka kegiatan wajib berikutnya adalah find a new susuh in Jakarta. Akhirnya setelah jalan ke sana ke mari, ketemu juga dengan tempat yang cucok, paviliun keluarga Kasero. Si empu rumah adalah sepasang kasepuhan yang-lagi-lagi- baik bener sehingga sampai sekarang silaturahim kita masih terus berlanjut. Rumah Kasero masih di seputar Jakarta Timur karena lokasi inilah yang dekat dengan tempat kami glidhig..senyum

Di rumah Kasero ini pula, lahir anak anak pertama kami, Ulin (meski pas lahirnya sih tidak di sini, tapi di RS di Solo)..namun bagaimanapun status tempat tinggal kami pada saat itu ya di situ. So..sixth susuh is very special.star

Fifth SusuH: Still in USA



Setelah beberapa bulan menempati studio di University Pointe, maka untuk meningkatkan kenyamanan kami pindah ke yang one bedroom, masih di aparteman yang sama. Kamar yang ini sedikit lebih luas, karena selain kamar mandi maka kamar tidurpun juga ada pintunya..more privacy! loveDi sinilah kami tinggal sampai masa lulus nanti. Di sini pula Bapak dan adikku menjenguk, juga Bapak dan adik Mas Owe. Beberapa kali kami mendapat giliran menerima pengajian. Secara memang minim perabot maka pengajian dengan lesehan justru makin berbobot. Oya, kota kami tinggal ini namanya aneh, Tempe..untung dibacanya Tempi jadi ya agak bedalah dengan yang sodaranya tahu itu..tapi kalo hanya tulisan tanpa ada keterangan pronunciation..ya tetep Tempe.sedih

Mas Owe berpose di depan kamar kami, disebelah mobil mungil..very first car in life!sengihnampakgigi

Jumat, Mei 23, 2008

Fourth Susuh: United States!

Akhirnya...bahwa aku menyusul Mas Owe ke Amrik kejadian, setelah berjam-jam di awang-awang, akhirmya mendaratlah aku di Phoenix Airport, Arizona USA..pertengahan 1995-an..(klo gak salah, ntar dicheck dicatetan lagi).love
Karena Mas Owe udah duluan tingal disana, jadi aku tinggal gabung aja. Meski Mas Owe termasuk warga baru di Arizona (karena sebelumnya dia tinggal di Denver, Colorado untuk masa persiapannya), tetapi dia lumayan sudah tahu medan..kemana harus belanja dan kemana cari hiburan dan sudut-sudut kota secara umum. Juga dia sudah punya beberapa teman. Kami tinggal di apartemen bernama University Pointe, mengambil kamar yang ukiuran studio, artinya dalam kamar itu tidak ada batas yang jelas antara ruang tamu, ruang tidur dan dapur (hanya kamar mandi aja yang tertutup, kenapa ya?xpasti). Oleh karena..semua serba terbuka tanpa tedeng aling-aling. Tetapi namanya mahasiswa Indonesia gak kurang akal, antara ruag tidur dan ruang tamu kami pasangi saja pembatas dari plastik, lumayan..jadi tidak terlalu ngablaks.senyum

Third Susuh: Kost Keluarga Nandar


Setelah beberapa lama tinggal di bagian rumah dari Ibu Harto, tiba saatnya Mas Owe mengikuti tugas belajar ke Amrik, yang artinya untuk sementara aku ditinggal sendiri di Jakarta menunggu segala sesuatunya tertata untuk nyusul. Karena sendirian, maka diputuskan aku kost saja, lebih simple. Tak jauh dari rumah Bu Harto, ada rumah yang terima kost putri, dan setelah disurvey dan cucok..aku pindah tempat tinggal, menjadi anak kost-nya keluarga Nandar, masih di Rawamangun. Mulanya aku menempati kamar yang untuk satu tempat tidur, tetapi beberapa bulan kemudian adikku, Erlis, bergabung maka kami pindah kamar ke kamar yang lebih gedhe yang muat untuk dua tempat tidur. Bergabunglah kami kakak beradik dalam satu kamar kost. Kami sarapan seadanya bareng, setrika bareng, jalan-jalan bareng, nonton tipi di kamar bareng...lumayanlah buat obat sepi, hanya kasiannya, setelah tiba masaku nyusul bojo, kutinggalkan adikku seorang diri di rumah kost-nya keluarga Nandar..maaf ya dik...mbakmu mau ke Amrik dulu..(weleh..).
Gambar kost diwakili gambarku dan adikku saat jalan di depan rumah kost keluarga Nandar. Terharu. Hiks.
xpasti

Second Susuh: Bu Harto's Paviliun


Sebagai konsekuensi tekad kami untuk mandiri maka setelah menikah..menetaplah kami di ibukota sesuai dengan lokasi pekerjaan suami pada waktu itu, meninggalkan sarang nyaman Cendrawasih. Berat sungguh berpisah dengan Bapak dan Ibu serta adik-adik...oh betapa kuingin selalu bersama mereka, orang-orang tercinta. Anyway, life must go on...xpasti
Susuh ke-dua kami adalah kontrakan ibu Harto, seorang ibu yang baik. Nah, radio tape ini salah satu perangkat peneman hari-hari pertama kami di ibukota. Tatit, anggota lima sekawan, sepertinya pernah main ke sini. betul tit?

Ka Kanwil mampir...



Tahun 2006, pada saat Kanwil Depag DKI Jakarta ada kegiatan mengunjungi Pesantren Modern Assalam, kesempatan itu digunakan pula oleh rombongan bersilaturahim ke rumah-rumah kampung halaman anggota rombongan yang kebetulan bisa dilewati, diantaranya ada aku dan tentu saja Assalam dengan Manahan hanyalah selemparan batu. Rombongan tersebut terdiri dari Kepala Kanwil, Kabag TU, Kabid Urais, Kabid Mapenda, Kasubag Humas, Kasubag PIK, Kasubag Umum dan akyu..jelas akyu paling ayuu..soale hora hono saingan liyane, kendel ya! tepuktangan
Rombongan berangkat dari Jakarta menuju Solo menggunakan pesawat, selanjutnya dari Solo kembali ke Jakartanya jalan darat karena memang ada agenda silaturahim tadi. Begitu sampai di Solo, sudah menjelang petang..langsung njujuk ke thengkleng Mbak Diyah di Solo baru..namanya juga bapak-bapak kesengsem bener dengan thengkleng yang khas Solo ini, aku ngikutin ajah disamping juga doyan ajah. takbole
Setelah perut terisi, langsung mampir ke Manahan, pertama aku ajak rombongan bersilaturahim dengan mbahkung, tampak foto mbahkung berpose di ruang tamu KST dengan para tamu dari Jakarta, selanjutnya menuju Cdr untuk bertemu dengan ibu, foto terlihat ibu dan para tamu berpose di teras Cdr. Malam itu rombongan menginap di Hotel Agas, esok harinya baru ke Assalam, dilanjut ke Semarang (mampir ke rumah Pak Pur), ke Pekalongan (mampir ke rumah Pak Iful), ke Cirebon dan akhirnya "ke Jakarta..aku..khan kembalii..ihi.." (maksudnya nyanyi).
Terima kasih kepada Bapak Ka Kanwil dan rombongan yang telah berkenan mampir, barangkali ini pengalaman yang once in a life time untukku, Ka Kanwil telah mampir di rumah ibu..di Cendrawasih..
senyum

Humas Berkunjung


Dulu, pada waktu aku masih di Humas Kanwil Depag DKI Jakarta, ada salah satu temen seruangan, Suroso, meningkah dapat orang Jawa Timur, kalo tak salah inget tahun 2005, akibatnya kami dengan semangat kondangan ke sana dengan menyewa bis. Karena jalan darat maka nginep di Solo dan mampir di Cdr menjadi acara yang tidak bisa diganggu gugat. Akhirnya memang kesampaian, bala kurawa Humas mampir ke Cdr sebagaimana tampak pada gambar yang diambil di teras Cdr. Dari kiri ke kanan, bawah dulu: Mahaji (yang kasih pohon pisang itu loh), Naryo, Salimi, Santosa, Ika (memeluk Naufal anak mbak Lilis), Lilis, ny. Santosa, Herman, Tutik, Yangti, Uqon, Ernut, Nurwati, Pak Saipul dan Dafrin. Kepada seluruh teman, thank you telah mampir..meski hanya sebentar dan tidak sempat mampir ke pasar klewer atau ngicipi thengkleng, tapi semoga menjadi salah satu kenangan manis di Solo.senyum

Teras Cendrawasih



Sebetulnya rumah Cdr ada dua terasnya, teras pertama yang terlihat di gambar, satu lagi teras paviliun, berada di kanan rumah utama dan lebih kecil luasnya. Kedua teras Cdr itu adalah teras penuh kenangan bagiku dan juga adik-adikku. Teras tempat Bapak atau ibu menerima tamu yang tidak terlalu formil, tempat kami -anak-anak- menerima temen-temen kami dan ngekek-ngekek di sana, tempat rapat-rapat kecil kumpulan remaja..dan juga tempatku dan mas Owe ngobrol di malam minggu...suit..suit..
Teras ini juga tempat favorit kami sekeluarga untuk berfoto ria, mungkin karena lapan
g dan bisa ambil background daun-daunan kalau membelakangi taman depan maupun samping.kenyit
Sekarang, karena kami tak lagi tinggal di Cdr..kesejukan teras itu hanya bisa kami nikmati kalo kami mudik saja. Anak-anakku sukan main pasaran dan kejar-kejaran bahkan naik sepeda di teras CDR ini.

Sabtu, Mei 17, 2008

First SuSuH: Cendrawasih...



Rumah Cendrawasih..inilah yang kuanggap rumah pertamaku. Rumah yang mulai menemaniku ketika aku kira-kira berumur lima tahun. Sebelumnya, Bapak dan Ibu sempat mengontrak di daerah Nusukan, Solo bagian utara. Namun karena aku tidak mempunyai cukup memori tentang itu..maka jadilah Rumah Cendrawasih ini aku daulat sebagai rumah pertamaku. Rumah ini bukan lagi rumah ngontrak..tetapi rumah pribadi hasil "kristalisasi keringat" Bapak yang pegawai negeri..


Mengapa Cendrawasih? Karena terletak di Jalan Cendrawasih, Kelurahan Manahan, Solo. Pada saat aku dan adik-adik ABG, kami sering menyingkat rumah kami dengan "Cdr"..(Cendrawasih maksudnya). Setelah aku menikah, Rumah Cendrawasih tambah julukannya..oleh keluarga Mas Owe..rumah kami disebut "nDalem Kidul"..artinya rumah selatan..secara kami sebetulnya bertetanggaan..(waa..Yik, konangan nggo pek nggo pet-petan neh.. tetangga dapat tetangga cepet-cepetan..wakakak..wis rapopo!). Secara ukuran kompas, Cdr berada di sebelah selatan sedangkan rumah Mas Oen (KST: KS Tubun) di sebelah lor, utara.


Karena ke-gemi-an Bapak, Cdr mengalami perubahan (ke arah yang lebih baik) dari waktu ke waktu. Menurut cerita ibu, awal ditempati (tahun 1972-an) temboknya masih lepo, ada bagian rumah (dapur) yang masih separuh gedheg, sampai kemudian akhirnya berlantai keramik dan ada pula parabolanya..(wa..Bapak trendi juga).

Cdr mempunyai halaman belakang, samping dan depan yang membuat kami punya lahan untuk bercocok tanam (maksudnya nandur opo to opo gitu..). Pohon pisang selalu ada, pare pernah (buahnya selengan-lengan, sampai kita kualahan mengkonsumsinya..pahit khan soalnya), mangga pernah (tapi tak berbuah, akhirnya ditegor..) pada awal kami tinggal malah ada pohon mangga kweni yang harum semermak mewangi..tapi karena tuntutan zaman akhirnya dipotong juga. Punya juga kami pohon nangka yang buahnya legit, tapi akhirnya ditebang juga. Lahan yang longgar memungkinkan kami juga piara kucing (pernah dicacah ada sepuluh ekor pada waktu bersamaan..busyeet..). karena saking banyaknya kucing, maka untuk tidak menimbulkan pergulatan, aku dan adik-adik bikin jadual petugas pemberi makan, kami bertiga masing-masing dapat jatah pagi, siang, sore, pas sesuai kebutuhan asupan si kucing. Kami semua cinta kucing. Tak jarang kucing itu kugendong pakai jarik, aku petani tumonya (hiii..), Kalau diingat-ingat..waow seraamm..Kami khan tak pernah diundang sosialisasi toksoplasma..
Selain kucing, kita pernah piara burung, ayam dan ikan.
Ndalem Cendrawasih...begitu penuh kenangan.






Selasa, Mei 06, 2008

Entering Web Log for Susuh..


Susuh. Maksudku adalah sarang. Maksudku ialah rumah. Aku merasa perlu mengenang secara khusus tentang rumah-rumah itu di web log ini (mumpung sedang demam blog..gara-gara si Ayik..trims lho Yik!)..karena menurutku, rumah punya arti yang sangat puentiing dalam kehidupan seseorang..(setidaknya bagiku). Mengapa oh mengapa? Ya karena dari rumahlah..segala sesuatu berasal muasal, segala sesuatu terjadi dan kejadian, segala emosi (suka, sedih, haru, anyel, marah, mutung...) tertumpahkan..ya to?

Dalam Ernut's Susuh ini..akan terekam kenanganku tentang aneka rumah tinggal yang telah dan sedang menjadi bagian perjalanan hidupku. Aku mulai dari rumah masa kecilku..rumah yang menyimpan begitu banyak cerita..rumah yang sarat kenangan. Tunggu saja.