Sabtu, Mei 17, 2008
First SuSuH: Cendrawasih...
Rumah Cendrawasih..inilah yang kuanggap rumah pertamaku. Rumah yang mulai menemaniku ketika aku kira-kira berumur lima tahun. Sebelumnya, Bapak dan Ibu sempat mengontrak di daerah Nusukan, Solo bagian utara. Namun karena aku tidak mempunyai cukup memori tentang itu..maka jadilah Rumah Cendrawasih ini aku daulat sebagai rumah pertamaku. Rumah ini bukan lagi rumah ngontrak..tetapi rumah pribadi hasil "kristalisasi keringat" Bapak yang pegawai negeri..
Mengapa Cendrawasih? Karena terletak di Jalan Cendrawasih, Kelurahan Manahan, Solo. Pada saat aku dan adik-adik ABG, kami sering menyingkat rumah kami dengan "Cdr"..(Cendrawasih maksudnya). Setelah aku menikah, Rumah Cendrawasih tambah julukannya..oleh keluarga Mas Owe..rumah kami disebut "nDalem Kidul"..artinya rumah selatan..secara kami sebetulnya bertetanggaan..(waa..Yik, konangan nggo pek nggo pet-petan neh.. tetangga dapat tetangga cepet-cepetan..wakakak..wis rapopo!). Secara ukuran kompas, Cdr berada di sebelah selatan sedangkan rumah Mas Oen (KST: KS Tubun) di sebelah lor, utara.
Karena ke-gemi-an Bapak, Cdr mengalami perubahan (ke arah yang lebih baik) dari waktu ke waktu. Menurut cerita ibu, awal ditempati (tahun 1972-an) temboknya masih lepo, ada bagian rumah (dapur) yang masih separuh gedheg, sampai kemudian akhirnya berlantai keramik dan ada pula parabolanya..(wa..Bapak trendi juga).
Cdr mempunyai halaman belakang, samping dan depan yang membuat kami punya lahan untuk bercocok tanam (maksudnya nandur opo to opo gitu..). Pohon pisang selalu ada, pare pernah (buahnya selengan-lengan, sampai kita kualahan mengkonsumsinya..pahit khan soalnya), mangga pernah (tapi tak berbuah, akhirnya ditegor..) pada awal kami tinggal malah ada pohon mangga kweni yang harum semermak mewangi..tapi karena tuntutan zaman akhirnya dipotong juga. Punya juga kami pohon nangka yang buahnya legit, tapi akhirnya ditebang juga. Lahan yang longgar memungkinkan kami juga piara kucing (pernah dicacah ada sepuluh ekor pada waktu bersamaan..busyeet..). karena saking banyaknya kucing, maka untuk tidak menimbulkan pergulatan, aku dan adik-adik bikin jadual petugas pemberi makan, kami bertiga masing-masing dapat jatah pagi, siang, sore, pas sesuai kebutuhan asupan si kucing. Kami semua cinta kucing. Tak jarang kucing itu kugendong pakai jarik, aku petani tumonya (hiii..), Kalau diingat-ingat..waow seraamm..Kami khan tak pernah diundang sosialisasi toksoplasma..
Selain kucing, kita pernah piara burung, ayam dan ikan.
Ndalem Cendrawasih...begitu penuh kenangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar