Jumat, Oktober 30, 2009

Gethuk dan wiken!

Finally, Friday's coming again!!
Menurut saya, kenikmatan dari seorang ibu bekerja seperti saya ini adalah begitu menanti datangnya wiken :)
Dan bagi saya, wiken berarti gethuk!
Arti yang aneh?


Ceritanya, kalau suatu pagi, sekitar jam tujuh kok ada gethuk di meja camilan, artinya nyonya rumah, saya, sedang bungah dan sedang menikmati me time! Barangkali tidak seperti di rumah-rumah lain, kehadiran gethuk di rumah saya memerlukan kondisi tertentu supaya terjadi, diantaranya: berarti saya sedang longgar waktu untuk ke pasar, tidak dikejar jam masuk kantor, tidak terburu-buru, siap menikmati gigitan demi gigitan gethuk, di tepi kolam sambil memandangi ikan berenang berkejaran, sedang santai......sedang wiken!! oh...

Selain itu, wiken adalah:

1. nanti malam bisa melek agak lamaan, tak takut kesiangan..(setelah subuh kok masih ngantuk? bisa mimpi dilanjutkan...zz..zz..zz...)

2. tak perlu memilih baju untuk ngantor dan memadu-padan..cukup pakai daster all day long, atau baju santai, kaos, sandal jepit, dandan agak nyentrik hehe...

3. wiken adalah sepuasnya berkebon...

4. ....adalah sepuasnya membaca sambil golek-golek...

5. antar anak ekskul kemudian mampir nyoto, bersama suami...

6. sekedar jajan untuk makan siang atau makan sore...

7. belanja dengkul sapi untuk bikin bakso aduhai...

8. dolan ke rumah adik-adik dan minta ditrakstir di sana....

9. ....banyak lagi yang enak-enak...


Bagaimana dengan arti wiken anda?


Selasa, Oktober 20, 2009

tak pernah mampir....

Hanya beberapa hari tak menengok kebon, tahu-tahu mendapatkan buah pare montok ini sudah menguning terlalu matang, jatuh dari tangkainya, gugur....
Peristiwa menjadi tua tentu alamiah adanya...
Hanya yang menyesakkan dada, saya tidak sempat memperhatikan pertumbuhannya, tidak kober untuk membelai mengamatinya, sampai akhirnya dia menguning, membusuk....rindu belaian saya kah dia selama ini?
Saya jadi merasa bersalah.....

Rasa bersalah yang sama, juga saya rasakan saat mengingat bapak ibu kos saya? Lho, pare kok berhubungan dengan masa-masa kos?


Ceritanya, enam belas tahun yang lalu, saya pernah menjadi anak kos di ibukota ini...pemilik kos adalah sepasang Bapak Ibu sepuh yang mengisi hari pensiunnya dengan menyewakan kamar-kamar rumahnya. Hubungan baik terjalin antara saya dan sepasang kasepuhan itu. Hanya enam bulan saya menjadi penghuni kos, kemudian nasib membawa saya berpindah kemana-mana....
Pernah sesekali saya melewati rumah kos itu, tetapi saya tidak pernah mampir, karena selalu merasa terburu-buru dan khawatir mengganggu..

Sampai suatu siang di minggu yang lalu, saat suami dengan rombongan teman kantor melintas di daerah kos-kosan itu, dan melihat pemandangan penting, kemudian suami sms "sepertinya Bapak kos meninggal, terlihat banyak karangan bunga yang sudah layu di depan rumahnya!"....tersentak saya mendengarnya... oh, andai pas hari H saya mendengar berita itu...

Keesokan harinya, saya berusaha untuk ke sana. Saya dapati pintu pagar tertutup, terkunci. Tetangga depan rumah menerangkan, "Kosong, bu!, nanti sore baru anaknya datang ke situ!"..
"Oh, anak yang di Bintaro ya? Bagaimana dengan ibu kos? beliau sehat-sehat dan sekarang ikut anak di Bintaro, ya?" tebak saya.
"Lho, ibu kos malah sudah meninggal dua tahun yang lalu..."
Aaah...seharusnya saya memang dulu perlu sesekali mampir, bagaimanapun, meskipun hanya bapak ibu kos, meskipun hanya enam bulan, tetap menjadi bagian sejarah perjalanan hidup saya...


Rabu, Oktober 14, 2009

sebelah sayap...

(Pagi ini, saya petik segenggam melati dari kebon susuh, saya petik juga dua lembar daunnya, saya tata sedemikian rupa, kemudian saya umpamakan kedua daun itu adalah sepasang sayap burung terkepak-kepak.....mirip nggak sih?)...


Kaluk kita ikuti infotainment, betapa ada seorang selebriti menikah beberapa kali...mungkin kejadiannya dengan si A dia tidak cucok ininya, setelah ganti si B ternyata tidak cucok itunya, demikian juga setelah berganti C dan D...

Lain lagi dengan cerita tetangga, gonta-ganti pembantu rumah tangga nggak ada yang cucok sempura (pembantu rumah tangga yang sempurna? halah...kayak apa itu?)

Belum kisah teman sekerja, yang suka jadi kutu loncat, pindah kerja sini dan sana, selalu mengincar posisi baru dan setelahnya kecewa karena tidak sesuai dugaannya semula...

Pada intinya, muasal dari kisah di atas adalah karena kita merasa lebih, merasa mampu, merasa bisa sendiri, sehingga menuntut orang lain, entah pasangan, pimpinan, bawahan, untuk bisa cucok dengan kita....juga menganggap diri bagai burung bersayap komplit! yang mampu terbang sendiri tanpa bantuan yang lain...suatu hal yang tidak mungkin!...
Karena.....

Karena kenyataanya, kita semua hanyalah burung dengan sebelah sayap saja. Bisa terbang, kalau berpelukan erat dengan burung lain, yang sama-sama punya sebelah sayap. Tak ada pimpinan sempurna, tak ada pasangan tanpa cacat, tak ada pekerjaan tanpa suka duka...
Untuk kuat, semua perlu berpelukan...bahkan seorang Nelson Mandela, konon memerlukan berpelukan dengan orang yang dulu pernah menyiksanya, semua demi bangsa...

Berpelukan makin berkualitas, kalau dibarengi dengan cinta....
Karena dengan cinta...kegagalan bisa diubah menjadi keberhasilan, yang ruwet bisa berganti indah dan menyenangkan....

Kesombongan, merasa diri sempurna hanya membuat nasib kita menjadi burung bersayap sebelah yang memaksa diri terbang di angkasa....hanya menunggu saat jatuh terpuruk saja!

Ajakan indah: mari mulai kehidupan dengan pelukan!

Memeluk Tuhan, memeluk suami, memeluk istri, memeluk anak, memeluk alam, "memeluk" partner kerja (ada tanda petiknya lho!).....sebagai tanda kesadaran dan pengakuan bahwa kita memerlukan sebelah sayap lagi....

(demikian pencerahan yang saya peroleh dari Gede Parma)

Hari ini, sebelah sayap saya ultah....
Singkat padat ucapan selamat dan doa saya untuk sebelah sayap itu:


"Selamat ultah pi,...
sing penting sehat, tenang...
dan kita bisa menunggui dan menemani anak-anak..
sampai mereka mandiri,
amiin"


Sabtu, Oktober 10, 2009

kepingin lali?

Sms Ayik, sohib gemblung saya: "aku kepingin lali tanggal.."
Ah, ini akal-akalan Ayik saja, saya tahu maksudnya, dia mengingatkan saya....
Jawab saya: "oh, tanggal sepuluh kamu ultah ya.."
Ayik: "kamu mau ngado apa?"
Saya: "Ngado posting!"
Ayik: "huahaha...tahu aja kamu" (kado posting, apaan itu? kata hatinya, tapi saya cuek bebek saja hehe-persahabatan yang aneh...)

Hanya, ada sedikit yang menggelitik saya, kenapa dia pingin lali? pingin melupakan hari ulang tahunnya? Apakah dia tidak ingin menjadi tua? (weleh, yen kuwi sih akeh tunggale Yik...Yik...pertanyaannya: mungkinkah?)

Ayik dan saya telah bersohib lebih dari dua dekade. Jarak, problema hidup masing-masing, tak melekangkan kekancan ini, meski sebenarnya Ayik dan saya dua kepribadian yang berbeda...

Dagelan fb, antara Ayik dan saya...

Ayik itu, kalau anda partner fb-nya, konon adalah penceria dunia maya! Banyak kawan begitu setia dan sering mengunjungi, berharap membaca status barunya, yang kabarnya selalu lucu, ceria, bernas, penuh filosofi, smart, ramah, tamah, gemblung dan begitu menghibur.... Dia begitu menikmati dan bahagia dengan dunia fb.
Sebetulnya, diapun ingin melibatkan saya dalam kebahagiannya itu. Teramat sering dia memotivasi dan memaksa:
"Ayo Nut, apdet dong status fbmu!"
"Fb? apaan sih itu?" jawab saya dan dia dengan sabar akhirnya menerangkan secara teknis dan teoritis tentang fb kepada saya :)
Hari-hari berlalu dan dia bertanya lagi...
"Piye fb-mu, kok belum ada kemajuan?"
Saya menjawab: "Fb? apaan sih itu?"...sekali ini dia menjadi sebal dan tak menjawab...hehe...
Lain kesempatan, untuk pertanyaan yang sama, jawaban saya ke Ayik:
"Aku ndak bisa fb-an, aku ndak punya hp blekberi..." saya kirim sms ini sambil senyum-senyum sendiri, karena saya sebetulnya tahu dia getol apdet status fb-nya cukup melalui hp-yang yang zadoel banget hehe...
Dia tak berkomentar, kekesalannya sepertinya telah memuncak!

By the way...
Happy birthday Yik!
Meski harimu selalu kau ceriakan...
Tapi kutahu dari puisimu,..
Ada sisi luka di hati itu...
Satu yang perlu kita ingat selalu..
Hidup adalah aliran sungai,
Mengalir, perpindah, berubah...
Kalau motif kita
Mengharap keadaan yang sempurna,
mencari orang terdekat yang tanpa cacat...
sebaiknya, lupakan saja!
Karena itu tak mungkin, tak bisa!
(apalagi yang pingin lali, pingin terus muda hehe..)
Yang mungkin dan yang bisa:
menerima kekurangan dan perbedaan
dan mentransformasikannya
sebagai kekayaan....
(sulit...)

Again, happy tuwir!






Kamis, Oktober 08, 2009

memeluk lambang cinta...

Kemarin sore, suami saya berbagi tentang ilmu yang dia peroleh saat mengikuti pelatihan. Ilmu sederhana tapi dalam bermakna, yang ditularkan oleh Gede Parma, yaitu: untuk bahagia, kita perlu pandai mencari lambang-lambang cinta, untuk kita peluk. Surprisingly, lambang itu bukan berupa rumah magrong, kendaraan merci, ataupun tabungan dolar....bukan, bukan itu (kalau itu, betapa sedikit yang merasa bisa memeluk cinta!) tapi...cobalah dicari..cobalah dicari....

Pagi hari tadi, kelar sholat subuh, saya inspeksi ke halaman susuh....saya mengamati pohon pare saya, oh ternyata sudah cukup banyak yang menanti untuk dipanen! Saya ambil gunting dan kursi...dan saya memetik panenan ini dengan tersenyum! Saya mencintai kegiatan ini. Saya bahagia melakukannya! Aha, saya menemukan cinta dalam sekeranjang pare!
Turun dari kursi, mata tertumbuk pada gerumbulan daun kemangi....segarnya memetik barang dua jumput, untuk lalap, peneman empal goreng nanti sore... Again, saya menemukan lambang cinta pada dua jumput daun kemangi....


Dan....kagetnya, lambang-lambang cinta itu, ternyata tidak hanya dua, tapi beraneka warna, dan semuanya berada dalam jangkauan pelukan saya, teramat dekat, saya hanya perlu untuk menyadarinya saja...Kemana saja saya selama ini?
Apa sajakah itu? Apa sajakah itu?

Ini, setandan pisang kepok yang baru saja kami turunkan dari pohonnya, tidak semua punya lambang cinta jenis ini!
Kemudian ini, terung hijau, meski baru satu senti, tapi dia tidak berhenti, besuk memanjang dan memanjang....pernah panen terung, sob?
Kesukaan ibunda saya, belimping pilipina. Daging buahnya padat, rasanya manis. Sebentar lagi menguning, matang....
Jambu....
Pare...., meski sudah saya panen sekeranjang pagi tadi, tetapi buah lain yang pating grandul masih banyak, besuk hari panen lagi, untuk dibagi ke tetangga....
Ini tanaman timun....baru pada tahap mengeraskan batangnya..tetapi sulurnya agresif terus mencari rambatan, mengajak si batang segera memanjang...sebentar lagi timun tak usah beli....

Betapa indah hidup, andai mampu menangkap lambang cinta yang pasti ada di sekitar kita....



Jumat, Oktober 02, 2009

Masih Capek!

Thanks God It's Friday! Saya sangat mengincar wiken besuk ini. Persoalannya, balik dari mudik sudah hampir seminggu yang lalu, tetapi karena aktivitas mudik yang padat, perjalanan arus balik yang cukup menguras tenaga, plus setelah sampai susuh Jakarta langsung dihadang oleh rutinitas kerja yang kembali full, maka....badan ini rasanya masih meriang, masih lungkrah, tukang pijet masih di kampung, jadinya masih belum sanggup posting yang sedikit bermutu (idih...emang sebelum meriang postingnya bermutu apa?), masih belum bisa banyak blogwalking, masih belum mampu komen ke blog temen-temen....
Oleh karenanya, wiken besuk ini..saya akan pakai untuk istot alias istirohat total, kaluk perlu tidur tak bangun-bangun 2X24 jam! hehe...
Sambil menunggu wiken yang beberapa jam lagi datang, waktu dan kesempatan saya buat untuk mengenang kejadian-kejadian aeng selama mudik saja..(halah, crita tentang mudik lagi...mudik lagi...).

Ngiri nie.....

Antrian suka panjang di SPBU menjelang mudik. Sambil isi bensin, suami yang memang pembawaannya ramah tamah (suit..suit!) terlibat obrolan dengan petugas Pom bensin:
"Mudik nih, Om?.." tanya petugas sambil melirik bawaan kami: bantal, kemul, aneka logistik...
Si Om: "Iya dong...sampeyan sendiri?"
Petugas: "Saya tidak punya kampung Om, saya asli Klender! dari Pom bensin ini hanya sonoan dikit..." Petugas itu menjawab dengan wajah tampak susah, kayaknya dia pingin banget punya kampung....Ada semburat ke-ngiri-an di raut wajahnya...
Si Om: "Udah nggak papa nggak punya kampung...saya malah jadi bisa nitip ke sampeyan!"
Petugas: "Nitip apaan Om?"
Si Om: "Nitip Monas, jagain ya selama saya mudik...daaagghh!"
Wajah si petugas makin nelongso...

Untuk Blog ya?

Saat melintasi Boyolali (dikit lagi sampai Solo), kami tertarik berhenti sebentar untuk membeli pepaya sebagai oleh-oleh Mbahkung dan juga memilih-milih labu parang. Seperti biasa, sambil tawar menawar saya nyambi memotret labu yang ukurannya jumbo-jumbo itu...menggemaskan.
Si penjual dengan sabar menanti saya menyelesaikan hobi jepret-jepret ini, sambil komentar..."Bu, buat dimasukin di blog ya?"
Waduh!, saya kaget campur malu lho ditodong pertanyaan seperti itu, mana semua itu benar adanya...wah tak nyangka, si abang yang tampilan dan jualannya sederhana ini rupanya melek blogsphere...
"Iya..hehe..betul..hehe..." jawab saya serasa ketangkap basah!


Ngerjain Ledek!

Saat kami sekeluarga menikmati sarapan kuliner khas Solo, di suatu lesehan di Manahan, seperti biasa selalu ada pengamen yang mendekat dan beraksi untuk kemudian mengharap rizki. Suami yang usil (weleh, tadi katanya ramah tamah?) ngegoda si embak ledek...
Suami: "Mbak..sanese..." (Mbak, ngamennya ke tempat lain dulu ya...)
Ledek: "Sanese ampun...." (yang lain tadi udah..)
Suami: "Wah, ora duwe duit cilik, sekul purun?" (wah..nggak ada uang kecil, nasi mau?)
(hehe..hehe..yang menganggap percakapan ini tidak lucu ya sudah..., tapi kami sekeluarga terpingkal-pingkal lho...-keluarga yang aneh...)