Selasa, November 03, 2009

memberi....

Tadi malam saya menonton acara tivi di knowledge channel. Alkisah ada seorang ibu muda (warga Inggris keturunan India) yang sukses dengan bisnisnya dan sekarang menjadi milyader. Hidup yang serba berkecukupan menjadikan dia ingin belajar model kehidupan yang lain. kemudian dia memutuskan untuk mengembara ke suatu daerah yang jauh dari tempat tinggalnya, menyamar menjadi orang bersahaja. Dengan berbekal uang seadanya, dia mencoba berbaur dengan masyarakat sekitar. Mendatangi beberapa organisasi sosial dan mendaftarkan diri sebagai sukarelawan. Dalam petualangan itu, dia tersentuh olah banyak hal: betapa dia menjumpai orang-orang sederhana tetapi mempunyai ketulus-ihlasan tinggi membantu sesama, membantu remaja-remaja putus sekolah, membantu orang-orang jompo...
Semua yang dia alami menggiringnya ke satu titik: akhirnya mengaku bahwa dia hanya berpura-pura menjadi relawan, kemudian menyampaikan bahwa dia akan menyumbang mereka!
Dengan berlinang air mata dia serahkan ratusan ribu ponsterling untuk masing-masing lembaga, yang diterima dengan terkejut dan penuh suka cita!
Sungguh ngiri saya pada kebahagiaan memberi yang terpancar dari wajah perempuan muda itu..
Apa ya yang saya bisa beri sementara saya bukan milyader?
Kemudian saya tersenyum,..ah saya punya pare!
Lho?



Tak mau kalah dengan si milyader tadi, saya juga punya kisah memberi. Kejadiannya hari Minggu yang lalu, saya bersama beberapa ibu tetangga sedang merubung abang tukang sayur ketika kemudian ada percakapan:
Ibu Juw: "Bang, bawa pare?"
Abang sayur: "Waduh, tadi ada dua bungkus, tapi udah laku..."
Ibu Juw: "Wah...gimana nih...anak saya yang sedang hamil kok ngidam pingin lalap pare rebus!"
Beruntung saya mendengar percakapan itu, beruntung saya langsung bereaksi cepat.
Saya: "Oh...ibu perlu pare? saya ada bu.....sebentar saya ambilkan ya bu..."
Ibu Juw: " Ah, jangan ngerepotin...saya ke pasar saja nanti..."
Saya: "Sama sekali tidak bu, ini pare panenan sendiri kok, metik sendiri di halaman..."
Ibu JUw: "Oya, wah tak nyangka jeng punya tanaman pare!"
Ibu Juw dengan mata berbinar dan syukur membawa pulang delapan buah pare...bakal lalap anak perempuannya yang ngidam...
Sore harinya, Ibu Juw khusus menjumpai saya untuk mengucapkan terimakasih "Anak saya seneng sekali, parenya seger dan manis karena asli baru dipetik....terimakasih ya jeng...."
Saya: "Iya...bu...lain kali kalau perlu lagi, masih banyak kok di pohon, malah ibu bisa petik sendiri juga....:

(Dalam hati saya, kebeneran banget ada yang begitu memerlukan pare saya ini...karena sejujurnya...saya juga sudah mulai kewalahan menghabiskan pare yang berproduksi terus setiap hari...pertanyaannya: apakah kalau saya belum bosen dengan pare itu kemudian kandungan ikhlas saya dalam memberi akan turun?.......bisa saja terjadi wahai ernut manusia biasa!....hiks...)


18 komentar:

Arief Firhanusa mengatakan...

Kalau ditilik dari cara bertutur sejak nol kalimat artikel ini, saya menduga penulisnya tak segan-segan memberi parenya, biarpun ia belum bosan makan pare, hehehehe ...

Ernut mengatakan...

@arief: wah dugaan yang berbahaya haha...

Arman mengatakan...

gimana kalo tukang sayurnya juga mau minta pare nya buat dijual lagi? hehehe.

TRIMATRA mengatakan...

bukan soal; banyak sedikitnya pemberian. Namun "kebahagiaan" ketika bisa memberi ini yg perlu dilestarikan dan di contoh ;))

~Srex~ mengatakan...

Oalah mbak-ku....
Sampeyan dan milyader itu kan memberi dari 'kelebihan'nya...itu baik....ikhlas.
Bukan memberi dari kekurangannya....(ada unsur pemaksaan diri).
Apapun bentuk pemberian sampeyan dari 'kelebihan' nya, inyong yakin ora ono entek2e....minimal sampeyan lebih luas n okeh ilmu karo pengalamane....hehehe..,iya tho mbaaak.....

ellysuryani mengatakan...

Mantap mbak. Saya juga doyan lho pare. kirim dong ke Palembang, hehe.

Ernut mengatakan...

@arman: setelah kudekati, ternyata tukang sayur itu adalah mas arman yg menyamar...

@trimatra: betul, syukur2 makin banyak memberi makin bahagia...

Ernut mengatakan...

@srex: iyoo mas...

@newsoul: lho suka pare juga, welcome to the club! ayo metik sendiri di kebonku...keburu tua dan pensiun nih pohonnya...

Unknown mengatakan...

pare enak juga kalo dibuat siomay. btw, memberilah selama masih bisa memberi

Tuti Nonka mengatakan...

Kalok selain pare, Mbak Nut ikhlas nggak ya ... soalnya saya pengin minta rumahnya, atau mobilnya .... ihik ihik ...

Sekar Lawu mengatakan...

saya sudah merasakan banyak hal yg diberikan ernut untuk saya....semua diberikan kepada saya dengan cinta...
terima kasih cintaaaaa....

( hoooekkkkk 27x , wijik pasir 10x )

Ernut mengatakan...

@cerpenis: betul mbak, pait2 sedep gitu loh

@mbak tuti: pertanyaan sungguh menjebak, bingung aku mbak hehe

@ayik: hoeeks!!

antown mengatakan...

gimana cara mmasak itu pare supaya gak pahit mbakyu. aku kurang suka gara2 pahitnya itu loh

Ernut mengatakan...

@antown: justru paitnya itulah tantangannya...kaluk suka yg manis tak kirimi permen aja ya dik hihi...

Anonim mengatakan...

Meskipun hanya pare, tapi sungguh menyenangkan ya bisa membuat senang hati orang lain...Hehehe..Bahasanya..Mbak, ngeces ni ngeliat parenya, favorit saya itu.

Ndoro Seten mengatakan...

sesuatu yang kita berikan kepada pihak lain, sesungguhnya itulah yang benar-benar menjadi milik kita, bukan begitu mbake?

Ernut mengatakan...

@ndoro: setuju banget, ndoor...

Ernut mengatakan...

@soeryani: bgmn kaluk kita bikin club penggemar pare, mbak?