Trenyuh bener menyaksikan perjuangan wong cilik dalam mencari nafkah, demi menyambung hidup, dengan ameng-ameng nyawa...
Caritanya, hari Minggu yang lalu, tetangga depan rumah punya hajat menebang pohon palem yang memang dirasa tumbuh terlalu tinggi dan berpotensi membahayakan khalayak ramai. Kemudian menyewalah satu tim kecil penebang pohon, tim wong cilik!
Pertama, salah satu anggota tim naik batang palem, menuju puncak. Yang bikin miris, pengamanannya sangat minim atau malah tidak ada sama sekali, hanya berbekal pengalaman manjat barangkali, dan tekat nekat! Langkah awal dia potong habis pelepah palem yang panjang dan lebar itu. Setelahnya, batang ditebang dan ambruklah palem itu.
Kemudian tugas akhir mereka, mencacah palem sehingga menjadi bagian-bagian kecil supaya mudah diangkut, dibawa pergi ke tempat pembuangan dengan gerobak.
Yang jelas, hanya beberapa puluh ribu upah yang mereka peroleh untuk kerja keras membahayakan itu. Namun yang pasti, penghasilan itu halal!
Pernah mengamati perjuangan wong cilik lainnya?
21 komentar:
Kalau melihat dari hasil jepretannya menunjukan proses pelaksanaan dari satu ke selanjutnya menunjukan sampeyan suka yang detil detil, he he he, Memang mbak di jaman sekarang ini yang semakin susah wong cilik, untuk meneruskan kehidupan saja perjuangannya luar biasa biasanya tanpa menghiraukan keselamtan dirinya, yang terpenting adalah dapat uang untuk dapat menafkahi anak istri, Alhamdulillah masih di jalan yang benar (halal), salam
kalau ndak ada wong cilik ndak mungkin ada wong gede, hehehe
@jenny: betul mas...betull..
Duh bener ya, harus bersyukur dengan apa yang kita lakukan untuk mendapatkan uang. Saya sering lihat tukang sampah di kompleks yang sudah tua, harus mengangkut sampah dengan kondisi jalan yang sangat menanjak, curam! Terus liat orang2 (anak2) yg jadi pembawa kayu pengganjal truk atau mobil di nagreg. Brp mereka dibayar? nyawa taruhannya.. kalau tergilas truk gimana?
gak hari minggu, gak hari merah tempat sampah depan kost saya selalu bersih. mereka yang membersihkan adalah pemulung yang tanpa disuruh sudah bekerja. saya pernah nanya ke mereka, untuk setor hanya dilakukan sekali seminggu. parahnya untuk sekilo plastik atau kaleng (kalo gak salah dengar) harganya turun. saya sih lupa nominalnya...
saya berdoa semoga mereka selalu diberikan kemudahan selama ada usaha untuk bertahan hidup. Halal kan?
@andy: atau, jangan-jangan karena ada wong gede maka nimbul wong cilik?
@anita: memang kita perlu untuk melihat ke bawah spy pinter syukur, kaluk ndangak terus bahaya!
@antown: kadang kaluk nemu makanan di sampah disantap juga oohh..
wah...ra tegel saya kalau lihat seperti itu...
saya selalu bilang pada warga Jogja...saya dan bapak walikota libur 1 minggu...masih ada pak Sekda,pak kepala dinas,dll...Lha kalau pasukan kuning( Pekerja pembuang sampah),yang juga wong CILIK...libur...walaaah...bisa bisa jadi lautan sampah...Biar teman teman yang punya rejeki yang lebih...bisa bersyukur dan menhargai wong cilik...
suer mbak, dq gak gede n gak cilik
sedang-sedang aja, TB 172 cm, BB 75 kg
percaya khan?..he.he
@lae: lho lha lingkar perut, lingkar dada kok luput tidak dilaporkan to?
Wong cilik yg berjiwa besar...
Ada karena tingkat pendidikan formal yg rendah, mengerjakan sesuatu yg beresiko tinggi 'waton wani', dah banyak kejadian mereka jatuh dari pohon, mati karuan sisan, lha kalo malah lumpuh total..malah bikin repot keluarga...itu contoh jelek yg harus kita terangkan pada anak2 kita...'wani yo wani, tp ojo kewanen'.
@srex: injih, leres sanget!
horrok tokono....kuwi jenenge ancik2 pucuking palem....yen tiba mesti benjut dan jadi sugih....borok...
gitulah mbak..hari gini jaman susah. nyari duit susah. segalanya perlu perjuangan. tapi jutsru dengan perjuangan itu sendiri kita akan semakin menghargai hidup.
eh, kok sayah jadi pidato ya? hahaha. met wiken
Saya juga pernah melihat perjuangan hidup seorang bapak2 tua di dalam sebuah lyn pinggiran Surabaya. Berangkat 'dinas' di pagi hari dengan sejumlah balon plastik mainan tertata di ujung tongkat bambu.
Mungkin dari situlah motivasi untuk mensyukuri pekerjaan dengan tidak pindah2 kerja mulai terpupuk.
Cita-citanya pasti emoh dadi wong cilik, kepepet mbelain kampung tengah (weteng ngeleh)rekoso tenan....
Kok ngak pakai pengamanan kerja ya? Kalo jatuh bagaimana?
Di sini memotong pohon pake kursus segala. Lagi pula peralatannya lengkap + gajinya seperti gaji orang kantoran.
sangat memprihatinkan melihat saudara kita menantang resiko hanya untuk mendapatkan rezeki yang halal... sayang orang orang kecil seperti mereka masih harus ditindas dan diperas... oleh segelintir orang yang tak berperasaan...
Salam dari jauh....
@bunda dyah & nie & michael siregar: semoga kita smeua banyak inget pada mereka, amiin..
@sekar lawu: pilih mlarat...borok wae!
@fiz: setuju banget!
@mbah suro: leres mbah, mereka terpaksa..
@juliach: di tempat mbak mereka bukan wong cilik...
Hmmm, pernah ketemu wong cilik versi Sri Lanka. Beliau adalah petugas kantor pos di puncak gunung di daerah terpencil. Bayangkan, untuk 'ngantor' si bapak yang bertubuh mungil dan paruh baya harus memanjat gunung 7 jam hampir setiap hari. Tugasnya mengantar surat ke penduduk di puncak gunung dan mengirim surat dari mereka ke kota.
Gaji beliau?... Saya sampai tidak tega menyebutkannya, hanya cukup untuk biaya hidup minimal.
Baca tulisan ini bikin saya menarik npas dalam-dalam mbak Ernut. Jadi ingat waktu di desa mbak banyak sekali wong cilik yang bekerja keras dari pagi buta hingga matahari tenggelam, tetapi penghidupannya tidak pernah bergeming kearah yang lebih baik.. :(
@felicity n juliach: ngenes dan ngenes...
Posting Komentar