Sabtu, Maret 14, 2009

PeluH...

Wong CiliK (part-2)



Wiken kemarin ada kegiatan iseng yang kami sekeluarga lakukan: nempur alias beli beras untuk kebutuhan sehari-hari langsung ke petaninya di Cianjur!!

Saat perjalanan baru dimulai dan kami melintas di ladang dekat susuh Bandung, terlihat segerombolan peladang sedang memanen tanaman sawi hijau mereka. Saya dan suami pandang-pandangan, kemudian menepikan kendaraan. Baru kali ini kami lakukan: beli sawi hijau langsung ke petani, transaksi seikat besar sawi dilakukan di tengah ladang...it's really fresh from the field!

Harapan kami, semoga keuntungan penjualan (yang tak seberapa) langsung masuk kantong petani...
Sawi sudah dapet..tinggal berasnya nih!



Prihatin di Panen Raya!


Kosa kata "Raya" harusnya dikonotasikan dengan kegembiraan, kesuka-citaan dan pesta. Tetapi sungguh bikin trenyuh nasib umumnya para petani, mereka justru susah saat panen raya karena itu artinya harga gabah malah turun atau bahkan anjlog! Bagaimana tidak susah? Harga gabah kering pungut (GKP) yang berlaku di sejumlah sentra produksi padi saat ini -yang belum benar-benar masuk masa panen raya!- oleh tengkulak hanya dihargai Rp. 2.400,00-Rp. 2.500,00 per kg (jenis IR 64). Bahkan gabah yang kualitas rendah hanya mampu terpasarkan dengan harga Rp. 2.11,00-Rp.2.200,00 per kg. Semakin luas areal persawahan yang panen raya, semakin murah harga gabah. Bila ditambah dengan turun hujan setiap hari sehingga mengakibatkan kualitas gabah menurun karena basah dan lembab maka harga gabah makin terpuruk!

Oh petani, betapa peluhmu dihargai murah sekali...

Sedihnya memikirkan nasib wong cilik..

Tak banyak yang dapat kami perbuat, kecuali membeli beras langsung padamu, dengan harga diatas harga yang dibeli Bulog. Tapi kami sanggupnya hanya beli sekarung, yang tidak akan habis-habis kami konsumsi berminggu-minggu...

Oh petani, pilu nasibmu...


Sob, apa pendapatmu?





24 komentar:

mommy adit mengatakan...

Sekali lagi, saya hanya mampu berucap syukur atas rezeki yang diberikan oleh Nya. Tanpa peluh seperti yang dikucurkan oleh mereka, saya bisa mendapatkan apa yang saya butuhkan.

Anonim mengatakan...

Unik tuh Bu Dhe. Ato biar tambah keren, sekalian sawinya dimasak terus dimakan di tempat. Hehehe...

~Srex~ mengatakan...

Yah..ikut prihatin dengan nasib petani di indonesia yang masih tercekik dengan rendahnya harga jual produk mereka.
Justu para tengkulak lah yg selalu memperoleh keuntungan ari mereka.
Mungkin harus ada terobosan agar komoditas pertanian di negara kita benar2 dapat menjadi penghasil devisa seperti di negara thailand sana, tentunya peningkatan mutu dan menejemen agroindustri benar2 harus dikasai. Sebenarnya di negara kita tidak kurang tenaga ahli nya/ sdm nya...tapi kenapa kok cuma beras , minyak sawit,yg baru bisa bicara...? bagaimana dg buah?, sayur?, bunga?
Itu Pe-Er buat yang berkompeten, dan menjadi keprihatinan kita semua.
Tx posting yang inspiratif ini mbak Ernut.

Ernut mengatakan...

@anita: tetep syukur ya jeung!

@fiz: ide baguus!!

@srex: saya dukung as srex jadi menteri pertanian! piyr?

Anonim mengatakan...

Mereka punya andil yang besar buat masyarakat kita...

Ernut mengatakan...

@erik: ho'oh, betul mas!

Anonim mengatakan...

kalo dipikir2 emang nasib wong cilik memang menyedihkan...

negara harusnya emang lebih peduli lagi, pemimpinnya jangan cuma gampang bikin janji seperti kalo mau jadi calon presiden aja...

huft...

Ernut mengatakan...

@ramon: itulah...sigh!

Anonim mengatakan...

Itu yang lagi beli sawi sama petani, anak mbarep ya? Gede banget ... hehehe ...

Mbak, aku minta alamat via email Mbak Ernut kok gak dijawab siii ..... mau ngirim sesuatu je (ning yen ra gelem yo wis .. uhuk-uhuk ... )

Anonim mengatakan...

Yang miskin tambah miskin karena harga pupuk tinggi sedangkan hasil panen murah meriah.
Yang kaya tetep aja kaya malah tambah kaya aja tuh...
Btw, tukeran link yuk mbak aku udah pasang nih???

Anonim mengatakan...

sawine pasti makyuss kalo dimasak mbak, sih seger ^_^

ngenes yo mbak kalo liat wong cilik spt crita di atas

btw, pripun kabare bu ?

Anonim mengatakan...

tidak henti2nya ucap syukur keluar dari mulut ini...
rasa syukur atas nikmat sehat..
rasa syukur atas nikmat sandang...
rasa syukur atas nikmat papan....
rasa syukur atas nikmat rizki....
syukur masih bisa berbagi....
syukur masih ikut merasakan penderitaan orang lain...
itulah nikmat yang tiada tara........
semoga nikmat2 itu masih akan terus ada didiri kita...amien....
'yang pasti semua itu ada masanya, hanya do'a yang patut kita panjatkan, semoga penderitaan para wong cilik segera berakhir'

Ernut mengatakan...

@tuti: ngeks enak aza mbak itu...yg gede banget itu gambar itu sekutu saya dalam membuat anak mbarep qiqi..
ttg email...gubraks langsung buka email, langsung kirim alamat langsung deg2an nunggu!!

@rudy: yuk! tq udah mampir...

@DE: betul mbak sawine mak krus! aku kangen mbak padamu!

@yoyo: betulll!! amin!

Arief Firhanusa mengatakan...

Sebenarnyalah apa yang kita punya, punya mereka juga Mbak.

Saya pernah didatangi tetangga, kaum duafa, meminta balok kayu yang beberapa waktu tergolek di beranda. Untuk apa, Bu? Tanya saya.

"Untuk menyangga dapur yang hampir roboh, Mas," jawabnya seraya menyodorkan selembar 50 ribu.

Bisa ditebak apa sikap saya? Yap, saya tolak uang pemberiannya karena saya pikir uang 50 ribu itu sangat dibutuhkannya untuk membeli sembako.

Ernut mengatakan...

@arif: meski dhuafa dia tidak hanya sekedar meminta, sungguh pelajaran berharga buat kita: sikap perwira!

Nyante Aza Lae mengatakan...

tul mbak...
paling tidak dah kita mulai dari diri sendiri
gak usah beli beras impor di swalayan

Sekar Lawu mengatakan...

Gayane MO wis persis pejabat ketemu rakyat...

Ernut mengatakan...

@lae: semampu kita..

@ayik: qiqi..kadang MO yo latihan kampanye: "banyak anak tidak sekolah, banyak bapak di rumah..oh, ternyata tanggal merah!, pilihlah PONg!!: partai ora nggenah!"

astrid savitri mengatakan...

Keseimbangan, mbak!
Karena itu Tuhan menciptakan sebagian dari kita memiliki materi yg 'kurang' supaya mereka yg 'lebih' gak menjadi kebablasan!

agak sia2 meminta negara memperhatikan mereka, sebab itu cuma akal-akalan kampanye.. tp perhatian sebenarnya adalah pd orang2 yg langsung melakukan sesuatu, meski kecil..

ika rahutami mengatakan...

nempur sampai Cianjur.... wow wow (gedek gedek mode on...)

rizky mengatakan...

Pendapat saya:

Saya pun juga wong cilik buk,, jadi kagak bisa ngasih pendapat apa2... lah wong saya aja perlu dishodaqoin koq, malah nyodahqoin orang :P

ya malang sekali jadi wong cilik emang.... moga ini semua bisa berupa menjadi lebih baek lagi aja ya

Ernut mengatakan...

@astri: betul mbak! betull!

@ika: apik to? (padune nyat d0yan lan-jalan..)

@rizky: tetep bersyukur, meski dhuafa tapi ngeblog tak terkendala qiqi

Anonim mengatakan...

Sudah saatnya kita memperlakukan commerce/dagang equitable/seimbang. Supaya produksen juga ikut menikmati jerih payahnya secara maksimal.

Kalo ngak ada petani/produkter pangan, kita mo makan pake apa ya?

Anonim mengatakan...

Amiable fill someone in on and this fill someone in on helped me alot in my college assignement. Gratefulness you seeking your information.