Akhirnya..hanya dalam beberapa hari si senthe segera beradaptasi dengan rumah barunya. Daun baru mulai tumbuh, dan saat ini malah sudah mekar nyaris sempurna. She is fully recovered!
Lha terus...bagaimana dengan saya? Bukankah pada saat senthe stress, saya juga stress gara-gara di suatu acara ibu-ibu di Bandung saya didaftarin mengikuti lomba me-wiru jarik atau membuat lipitan-lipitan pada pinggir kain batik jawa?
Senthe saya berhasil mengatasi stress-nya, bagaimana dengan saya? Bagaimana nasib saya setelah lomba me-wiru kain itu berlalu?...Apakah nasib saya sama dengan nasib senthe? ataukah berbanding terbalik? Halah...
Sang Juara!
Ihik..tanpa diduga, tanpa dinyana..lha kok saya juara satu!! (malu nggak sih?) . Sungguh sebetulnya saya sama sekali bukan pakar wiru, bahkan boleh dibilang nyaris tidak pernah me-wiru, mau didaftarin ikut lomba juga karena janjinya pokok asal meramaikan saja...padahal juga pada saat itu guru tempat saya bisa bertanya (ibu dan ibu mertua) juga berada nun jauh di Solo sana. Akibatnya saya hanya bisa tutorial jarak jauh, melalui telpun. Kemudian juga browsing di internet...
Yang jelas, beban telah hilang, stress telah kabur terbawa angin kencang. Well, sebagai juara satu, tentu dong ada hadiahnya...apaan tu? Huaha..bukan..bukan handuk sih....tapi...(Ayik tahu..tapi you jangan ember ya Yik! awas kwe!)
Yang pasti, saya harus menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Yangti, Mbahti, mbak Tuti Nonka (kaget lagi, mbak?), pak Agus Suparto, dan..my Handsome Soulmate (suit...suit..), karena merekalah, saya termotivasi dan mengerti dikit-dikit ilmu wiru jarik, diantaranya:
1. begitu banyak nama motif batik jawa, diantaranya sidomukti, sidoluhur, wirasat, truntum, wahyu tumurun, parang rusak, klithik, lereng dan lain-lain..dan lain-lain..(psst...jangan bilang juri saya kaluk diminta mengenalinya juga ndak apal...untung tidak ditanyakan lho...*ngelus dada*)
2. Motif Yogya cenderung banyak warna putihnya, motif Solo cenderung coklat sogan (yang ini sudah tahu semua bukan? kaluk belum tahu pasti karena sampeyan orang Jerman).
3. Pinggiran kain yang berwarna putih yang untuk model Solo disembunyikan rapat-rapat, model Yogya malah dipamerkan (Yogya, I don't understand you!)
4. Kalau jarik bermotif lereng, arah lereng menurun untuk Yognya, dan arah naik untuk Solo (lha teori ini saya ndak ngerti maksudnya, mbak Tuti Nonka, tulung?).
5. Lebar wiru 2-3 cm untuk puteri, 5 cm untuk putera.
6. Jumlah wiru ganjil, bisa 7, 9, 11 atau 13...idealnya mencapai sepertiga panjang kain (itu bila memungkinkan...mungkin sih kaluk yang pakai langsing!).
7. Letak wiru, disebelah kiri untuk puteri ( jadi kain dipakai melilit searah jarum jam), sedangkan untuk putera, sebaliknya.
8. Hati-hati bila motif tidak pyur (senada, sama, simetris), melainkan dengan corak tertentu: gambar burung, daun, rumah, bunga jangan sampai terbalik...
9. Setelah wiru selesai, cara melipat juga ada aturannya, jarik puteri dilipat bentuk yoni, putera bentuk lingga (yang kayak apa sih?)...
Hanya saja, ternyata pas lomba tidak diminta untuk melipat jarik-nya. Lega? Oh, tidak! Karena peserta justru diminta untuk langsung memakai jarik itu, dilihat proses pakainya dan diteliti hasilnya...ini yang saya tidak duga sebelumnya!!
Anyway, akhirnya semua telah selesai, plong! Sore harinya tinggal santai-santai...sambil nunggu the handsome soulmate pulang kantor...saya jalan-jalan di kebon, potret sana potret sini....kebetulan banyak kembang di susuh Bandung kami yang sedang mekruk, seolah ikut bungah! Ini buktinya....
Mawar ungu muda ini sungguh besar, fully blooming, persis di depan jendela kamar kami.
Zooming the big light-purple rose!
This is the zooming of our productive maroon rose, it's indeed excotics, isn't it?
16 komentar:
wadoh, kalau ke sini kok pasti ada gambare sing apik-apik... marakke pengin...
@andy: sing ndi to sing apik? sing miru kain? itu bukan apik, ayu! mas!
nah, ini dia namanya lowering your expectations. sebelumnya mbak ernut bilang stress gak bisa mewiru, eh kenyataannya malah dapet juara 1. dg cara ini malah anda berhak mendapat standing ovation 2x dr para pembaca...plok..plok..plok..plok
wow, bunga2 itu kok cantik sekali. segar dan montok --seperti akyu...gwahahahahahagh
@nita: nunduk..tegak..nunduk tegak, tangan kanan di dada, tolah toleh senyam senyum...lambai tangan..(gubrak! ada yg lempar kursi?)
rumahnya pasti seger yah, banyak taneman bagus-bagus gitu
@keris: sbetulnya biasa aja..tq udah mampir...
Wew hebat.. juwara 1.. nggak nyangka euy... selamat yah.. salut...
Sepertinya perlu usaha yang keras ya membuat si senthe nggak stress lagi (salut lagi..). Mungkin ilmu mengembalikan kesehatan si senthe bisa digunakan ke manusia, mbak?
selamat ya Man...gelase sesuk nggo nyuguh aku ya...(gubraks di bandhem enthong!)
@ayik: haiyah kok pake enthong, ya pake gelasnya itu wae..
@mommy adit: dicoba aja hehe
selamat mbakyu .... bancaan ra ?
duh kembang maware ayu-ayu , pernah dimakan sbg salat nggak mbak ?
@ely: halah, baru denger ada mawar dilalap!
Selamat mbak atas kemenangannya, Walaupun totorial jarak jauh tetapi bisa jadi juara, hebat mbak. Bunga mawarnya indah banget, aku punya dua warna dan susah banget bisa mekar seperti itu. Thanks
@yulis: maturnuwun..
Selamat, Mbak Nut, dapat juara I to? Coba, kalau nggak saya ajari pasti Mbak Nut nggak menang (*gubrak, kesandung dingklik nyemplung kali*).
Nah, sekarang saya mau jawab soal ujian dari Mbak Nut. Kenapa orang Yogya mewiru kain dengan menampakkan sleret putih di pinggir kain? Itu adalah simbol kebersihan pikiran dan kesucian hati (lho, kok ketawa sih?)
Terus, kalau jarik motig lereng, orang yogya arahnya menurun, itu menunjukkan kerendahan hati. Lha kalau orang Solo arahnya naik, itu menunjukkan orang Solo suka naik gunung, minimal naik kasur ... qiqiqiqi ....
Eh, mawarnya yang ungu muda cantik banget ... baru kali ini lho saya tahu ada mawar warna ungu muda. Yang marun juga cantik ...
Ah, mawar memang selalu mempesona. I love rose ...
Mawar ungunya dapet dari mana? mau dong..huhuhu,,follow me ya..ty
Posting Komentar