Tanaman padi kami pada saat itu masih tanggung umur, belum mulai muncul bulir-bulir padinya, yang banyak muncul dan harus dibasmi adalah gulmanya! Gulma? wah ada crita menarik tentang gulma di sawah kami ini....
Gulma yang kami temui, selain rumput-rumput liar ternyata ada juga sejenis tanaman air yang saya sering menyebutnya dengan "kayu apu", hanya setelah saya cari di wikipedia melalui clue kata-kata itu kok tidak ada responnya. (Apa ya nama sebenarnya dari tanaman ini?)
Yang bikin heran, gulma jenis ini di tukang kembang di Jakarta dianggap tanaman hias dan dijual lumayan mahal, dua atau tiga kuntum bisa seharga Rp. 15.000,-, cukup mahal, untuk suatu gulma gitu loh, yang oleh para tani dibuang jauh-jauh dan dibasmi karena mengganggu kelayakan hidup padi...
Sebagai pecinta tanaman wah saya segera melihat peluang! Bukan peluang bisnis sih (misalnya dengan mengangkut gulma-gulma di sawah itu kemudian di jual di Jakarta), tapi peluang untuk memperhijau susuh dengan gulma cantik, yang diperoleh dengan gratis!
Akhirnya, saya ambil beberapa kayu apu di sawah, saya masukin tas kresek dan saya bawa ke Jakarta... Sampai di susuh Jakarta, kayu apu itu segera saya sandingkan dengan tanaman air lain yang sudah ada sebelumnya...ternyata menghasilkan perpaduan yang manis..
Yang menjadi pelajaran hidup dari kisah kayu apu ini, kadang nilai sesuatu tergantung pada tempatnya berada, berguna tidaknya, dan juga persepsi kita! Kaluk persepsi kita pada kayu apu ini adalah gulma pengganggu...kita akan menyingkirkan dan membuangnya...tetapi kaluk persepsi kita bahwa dia adalah tanaman hias...kita bahkan rela untuk membelinya...
Yang paling oke adalah ya seperti saya ini, saya anggap kayu apu adalah tanaman hias cantik, tetapi untuk mendapatkannya saya tidak perlu keluar duit...alias tinggal mbedhol, sawah bersih dari gulma, susuh di Jakarta jadi makin hijau tampilannya! Sip!
13 komentar:
Apik tenan.. :-) Something to be learned.. yang jelek bukan berarti tidak berharga.. So Kreatif...!!
g jual pertamax mbakk
gulma yg cantik banget..
betul, di jakrta udah gak ada ijoan lagi. hiks
kapan kita kopdar mbak
Mau ngucapin met tahun Baru hijirah dan met tahun baru Masehi Mba Ernut.
wong kota kok malah podo katrok ya? di ndeso dibuwang-buwang di kota dicari-cari... hopo tumon???
Iya, cantik kok kayu apunya, kayak yang mbedol dari sawah (tapi yang mbedol bukan gulma to? Hihihi ...)
salam,
Tuti Nonka
@arul: apik n gratis!
@lae: he'eh!
@antown: ada sih ijoan,cumasemua harus beli hiks!
@seno: nhaturaken sugeng tahun baru juga katur mas seno..sehat selalu sekeluarga mas, amiin!
@andy: lha iyo to,dunia yg naeh..
@mbak tuti: ah mbak tuti tau aja kaluk saya ini ayu (lingsem)
sekrang sulit je mbak...cari kayu apu...padahal indah banget yah...kalau kita pasang di vas kaca bentuk mangkok...diberi satu bunga ...kayu apu jadi sesuatu yang istimewa.
@dyah: itu dia bund, makanya saya surprais waktu nemu di sawah..
mengapa tidak:)
Posting Komentar