Senin, Januari 05, 2009

Tie The Knot...

Liburan akhir tahun kami sempatkan nengok kebon yang ada beberapa pohon duriannya. Sampai di kebon...olala...duren sudah ada yang laik panen...ya sudah kita bawa pulang beberapa glundung..

Pohon durian di kebon ini, karena usianya yang cukup lanjut, batangnya sudah lumayan tinggi...sehingga buah-buahnya yang pating grandhul-pun terlihat nun jauh di atas dahan sana..
Padahal, cara Pak Nur (penjaga kebon) dalam ngopeni buah durian sungguh ajaib...setiap buah dia ikat satu-satu dengan tali rafia, supaya kaluk buahnya mateng dan pingin jatuh, tidak langsung jatuh ke tanah tetapi tergantung di tali, terayun-ayun dan kita tinggal mengambilnya utuh-utuh....Tanpa tali pengaman, bila jatuh durian di jamin berantakan tertumbuk batu atau tanah keras kebon, belum kaluk ada yang iseng memang nunggu durian jatuh dan berniat membawa kabuur.., belum kaluk jatuhnya tak sengaja pas di hidung orang yang sedang santai di bawahnya...

Jadi, mengikat durian memang perlu dan Pak Nur merasa enteng saja melakukannya..meski saya ngeri membayangkan aksinya..


Bicara soal tali, bicara soal mengikat...jadi ingat ungkatap "tie the knot" alias mengikat tali perkawinan. Lhoh? Kok bisa begitu? Mengapa? Ada-ada saja...


Gara-gara banyak yang mengikat tali perkawinan...dua atau tiga bulan terakhir kemarin itu kami kebanjiran undangan untuk menghadiri pesta pernikahan dan memberikan doa restu kepada mempelai berdua....Apakah anda juga? (yang jelas sohib saya Ayik kebanjiran order rewangan di tetangga-tetangganya)

Tampaknya Bulan Syawal sampai Bulan Haji adalah favorit para calon pengantin....sedangkan Bulan Sura, terutama bagi orang Jawa, adalah bulan yang dihindari untuk mengikat tali tadi. Bukti begitu memasuki bulan Sura, undangan pernikahan tak lagi kami terima. Mengapa? Saya tidak tahu pasti, kaluk menurut saya sihh...semua bulan adalah baik...bagaimana menurut anda?

Ahh..bicara soal pernikahan, keluarga, anak-anak, suami...rasanya di awal tahun baru ini pas sekali untuk merenung, mawas diri, introspeksi dan mengevaluasi apa yang telah berjalan dan terlakoni di tahun-tahun yang telah terlewat.....

Betapa banyak karunia yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Anak-anak yang sehat, suami yang dapat menjadi sahabat dan sandaran jiwa penat..Ya Allah...untuk semua ini, jadikanku mampu.....mampu mensyukuri limpahan nikmat ini...mampu bersujud dengan benar kepada-Mu, ..mampu belajar dari apa yang terajarkan selama ini....Ya Allah...ampuni ketidaksempurnaanku..


28 komentar:

Anonim mengatakan...

ealah juragan duren jg tho, suamiku suka lohhhh (sapa yg nanya??)

Anonim mengatakan...

durian ama perkawinan kira2 hubungannya apa ya he...he... belah durian kali ya

kreatif juga penjaga kebun mba ernut, patut ditiru tuh he..he..

sorry lama g nyusuh, abis ganti template mba yu.

Anonim mengatakan...

Wah kalo pohon durian memang lama berbuahnya. Kalau mbak nanem sekarang baru bisa dinikmati anak dan cucu mbak Ernut

Ernut mengatakan...

@kenny: untuk samurai kusediakan gratis, satu saja syarat: menek dewe..

@seno: tenane pas nengok mas seno kaget aku, template baru nie, go green gitu loh..sip! btw, gambar di header guanteng tenan, potone sopo mas (halah, dibaleni maneh)

@erik: betul mas erik, saya dapat durian yg ini juga warisan dari nenek moyang...waris mewarisi..

Anonim mengatakan...

semua bulan adalah baik.. setuju!! apalagi untuk makan durian..haha... tks udh main ke kandangnya ammar.. keep in touch.. apik banget nih blognya..

Anonim mengatakan...

Duhh...duriannya bikin pengin....

Bulan Suro? Sepupu saya ada yang menikah pas tanggal 10 Muharam dan setelah 30 tahun, pernikahannya tetap baik-baik saja. Mungkin yang penting adalah komitmen, kesetiaan serta komunikasi yang baik antar pasangan...bukan bulan atau tanggalnya. Walau kadang tanggal ini penting juga, untuk memudahkan mengingat.

astrid savitri mengatakan...

mm..durian?? tie the knot? lalu kenapa ada istilah belah duren ya??

hehe..sayangnya sy bukan fans berat durian, hiks :(

Met tahun baru, mbak Ernut..makasih sdh bolak-balik mampir blog saya, dan maaf kalau kemarin2 bikin kuciwa krn belum update postingan.I miss your susuh too!

Ernut mengatakan...

@kucingkeren: tq udah gantian main :)

@edratna: setuju banget. mbak!

@astrid: mana crita liburannya nih?

Arief Firhanusa mengatakan...

Belah dureeeeeeeen!!!

Jenny Oetomo mengatakan...

Wah yang punya kebun sangat telaten terbukti buah durennya diikat semua agar ngak jatuh kena kepala he he he, saya jadi ingat kebun durian di Bangka Belitung, Salam

Ernut mengatakan...

@arif: lho..lho...

@jenny: kaluk dapat durian jatuh (pas di kepala) memang perlu ke UGD

Anonim mengatakan...

mbak hari jum'at lalu aku liat durian gede2 dujual di toko asia, nggak pernah niat beli sih, selain larang aku takut ntar waktu masuk mobil bojoku kliyeng2 mergo ambune nggembuleng ^_^

tapi kalau dikasih duren dr pohonnya mbak Ernut aku ndak nolak lho *malahngarepkoweel!*

Ernut mengatakan...

@ely: yen makan duren di kamar hotel, pas check out disuruh bayar dendo, mbak..dendone meh podo rego kamar...horok..
duren gratis buat mbak ely dan belahan jiwa, syaratnya pecis samurai-ne mbak kenny, piye?

Anonim mengatakan...

wah ngomongin pernikahan dan duren yah! kok bisa sewarna dengan blog saya yah?

saya sendiri adalah penggemar duren dan belakangan sering nggak bisa makan duren sebab satu rumah nggak suka duren (hiks)...

pernikahan juga asyik untuk dibicarakan walalupun saya belum merencanakan untuk melaksanakannya dalam waktu dekat... hehehe

Ernut mengatakan...

@ramon: menikah? nanti akan tiba waktu yang pas, anak muda...(bijakdotkom)

Anonim mengatakan...

emang ada hubungannya antara durian dan resepsi pernikahan, mungkin bener kata julia perez! belah durian kali ya

Anonim mengatakan...

Entah, sudah berapa banyak amplop yang telah saya beli untuk acara kondangan manten 1-2 bulan lalu. Intinya satu, mereka suka isinya sedangkan sang tamu suka prasmanannya :D

[komen sambil ndodok di bawah pohon durian... :D]

Ernut mengatakan...

@masciput: yg berhubungan hanya tali duriannya itu lho..

@fiz: sing ndodok yen wis munjung pindah lho hoeks..

Anonim mengatakan...

Ooooh ... baru tahu saya, kalau durian itu perlu diikat. Selama ini saya memang ngeri membayangkan pohon durian (eh, bukan pohonnya, tapi duriannya kalau pas jatuh dan menimpa kepala orang ... duh!).

Bagi orang Jawa, bulan Suro memang pantang menikah, padahal menurut penanggalan Islam, bulan Muharram ini bagus. Kalau saya mah yang penting saling cinta aja ... hehe ..

Ernut mengatakan...

@tuti: begitulah mbak nasib para petani durian, kerjaannya tie the knot! hehe

ttg suro, wah jan mathuk tenan aku sama mbak tut...

Anonim mengatakan...

punya kebon duren ya, mbak? duren dan pernikahan erat banget hubungannya...qiqiqiqi

Ernut mengatakan...

@nita: ada kebon trus ada tanaman durennya diikkiit, itu kebon duren apa bukan?

Anonim mengatakan...

setelah nikah saya jadi suka duren :), tp berhubung harganya selangit jadi barang langka buat saya, sekali seumur hidup aja klo bisa.

Anonim mengatakan...

Kembang duren jenenge opo mbak?

Ernut mengatakan...

@belly: sekali seumur hiudp? udah belum?

@ndoro: horok pelajaran bahasa daerah iki...aku lali mas, tak nanyak temanku ayik dulu..

Sekar Lawu mengatakan...

koment ku wingi mental maneh ta Nut...
baiklah aku ulangi sajah...
enyak lagi ada duren yang tajir ya nut...qiqiqi
Ketiban duren pas kepala bikin kita sugih lho Nut, sugih bonyok...

Glennis mengatakan...

Durian fruits? Why are they all tied up, is it to prevent them from falling from the tree?
I have tried Durian, in Malaysia, it tasted ok but smelled aweful.

Ernut mengatakan...

@glannis: you re right, it's to avoid the durian "lands" on someone's head haha