di Ck kupelihara dua jenis sirih..pertama sirih hijau biasa..yang mempan untuk obat mimisen dengan cara menyumpelkan ke hidung si penderita..juga bisa untuk bikin minuman sirih (dengan cara dicor air panas, setelah daun dicuci bersih, berkhasiat untuk "membersihkan" perut)..bisa juga untuk bilas ber-disinfektan untuk daerah-daerah sensitif.
Satu lagi sirih merah (meski warna sebetulnya cenderung ke ungu). Konon, daun sirih merah ini jauh lebih pait rasanya dibanding sodaranya yang hijau..tapi aku belum pernah mencobanya..eman-eman. Juga tidak begitu cucok untuk obat mimisen..karena ya itu tadi..kalau buat disumpelkan ke hidung kok..eman-eman (ih, pelit amat sih..)
Apalagi sirih merahku yang ini..wah, dia punya history-nya sendiri. Ceritanya begini, pada suatu hari..aku dan teman-teman kantor ada acara kunjungan ke sebuah madrasah. Pada acara itu, murid-murid madrasah membuat stand-stand dengan tujuan untuk mencari dana bagi sekolahnya. Dengan antusias kuhampiri stand tanaman mereka..diantaranya berderet tanaman sirih merah yang mereka jajakan..di potnya, tertulis Rp. 15.000,00 (batinku..ah anak-anak ini, kasihan sekali..berapa sih untungnya menjual sirih merah ini..-padahal adikku erlis pernah beli dengan ukuran yang mirip sama dihargai Rp. 25.000,00 tanpa bisa digoyang harganya- betapa mulia apa yang mereka lakukan..bersusah payah..hanya untuk mengumpulkan beberapa lembar ribuan..untuk kepentingan sekolah mereka..ah..anak-anak madrasah...)
Akhirnya..langsung dengan trengginas aku pilih dua sirih merah, satu pot daun marble..dan lirik-lirik yang lain.
"Total berapa, nak?"..tanyaku penuh haru..
"Sebentar ibu...kami itung daunnya dulu ya.." jawab mereka dengan riang gembira..
"..(glek!)..ngg..maksudnya, nak?.." tanyaku lagi, mulai pucet..
"Yang sirih merah ini, perdaun Rp. 15.000,00 ibu, jadi total harga kami perlu itung dulu total daunnya..."
"..oh..ngg..kayaknya ibu ambil sirihnya satu dulu ya..dan ngg..marble-nya ini lain kali deh..soalnya baru inget..mobil ibu kecil..padahal bareng temen-temen...nanti nggak muat deh.."
"Baik ibu, untuk satu pot sirih ini harga Rp. 275.000,00..yang daun masih kuncup ini tidak kami hitung..untuk bonus ibu.." kata mereka dengan wajah murah hati..
"Ngg...ini uangnya nak.."kataku (sambil sedikit gemeter..).
"Terima kasih ibu...."jawab mereka ceria
"Ngg..ya..ya..."gagu..
Begitulah kisahnya. Untuk pelipur hati, aku coba berfikir bahwa aku niatkan untuk nyumbang madrasah itu..nyumbang itu harus ikhlas tanpa pamrih...dan kalau ternyata dapat bonus sirih merah..Ya Allah, alhamdulillah...
Akhirnya
1 komentar:
wakakak....no comment, wong niyatmu nyumbang kok...jadi gak perlu dikoment sajah.
Tapi kalau Pak Tino Sidin tau history suruh merah ini pasti koment nya adalah : BAGUS!
Posting Komentar