Kamis, Februari 05, 2009

Mencari Akar


Selesai memberi makan ikan-ikan mas yang ada di kolam Susuh, pandangan ini tertumbuk pada akar nafas tanaman marble yang menjuntai, menjulur, keluar dari potnya... Sayang akar nafas ini ukurannya mini, coba kaluk seperti yang dipunya beringin...waalaa..bisa buat gelantungan tarzan kota...aaauuuoooo!

Akar-akar itu membuat saya tersentak! Saya jadi ingat sebuah lelakon...lelakon seseorang yang tertatih mencari akarnya setelah dia terhimpit pengadilan hidup, setelah dia jatuh gering, setelah dia merasa takut menghadapi sesuatu yang gelap di depannya....


Lelakon Si Jebul...

Alkisah,
Si Jebul mengawali hidupnya dari tangga terbawah, lahir dari keluarga sederhana, memasuki dunia kerja dengan standar pendidikan ala kadarnya..Tahun demi tahun dia tapaki hari-hari, perlahan nasib baik mulai gandrung padanya..Di lingkupnya, dia menjadi tangan kanan petingginya, diberi kebebasan, kepercayaan, kewenangan, kekuasaan....sampai batas agak berlebihan! Sampai pada membawanya berkeyakinan "Apapun bisa Jebul selesaikan!". Dia mulai menikmati memandang rendah aturan, kemudian menabraknya! "Aah...sepanjang ada ini!" katanya percaya sendiri sambil menjentik-jentikkan ujung jempol tangan ke jari telunjuknya...(duit!)

Kemudian dia sampai pada puncak kepongahan: bermimpi menjadi presiden di kandangnya! Kekuatan (dia tak sadar ternyata semu) dia galang, fulus dia tebar hamburkan...Dan apa yang dia dapat?: this world is really dirty! Dia terjungkal sebelum melangkah. Dia kalah padahal tak sempat bertanding. Dia berteman cibiran, dan gundukan hutang..Semua sudah kadung!

Si Jebul, ternyata memang hanya manusia. Dia sampai pada batasnya, dia salah memilih cara hidup dan dia tak kuat menanggung akibatnya. Dia sekarang gering! Dia tergolek lemah tanpa daya, benar-benar tanpa daya bahkan daya untuk sekedar berkedip apalagi menjentikkan ujung jempol tangan ke jari telunjuknya!

Teman (dan lawan) hanya menjenguk sekali..selebihnya...

"Oh, mak! aku ingin pulang!...bawa aku pulang!", tangis si Jebul dalam sisa lirih suaranya. Si Jebul putus asa, tak punya tempat bermuara kecuali mencari kehangatan si empu rahim yang melahirkannya. Si emak nun jauh di gunung malah shock menerima kepulangan si thole dalam keadaan ngenas. Si emak linglung...

Wahai Jebul, apa sebenarnya yang kau cari dalam hidup ini?
Tak ada jawaban Jebul, dia membisu, dia hanya sanggup membisu..meski mungkin dia ingin mengungkapkan sesuatu...Ah, Jebul..

Pernahkah kawan bertemu dengan sejenis Jebul? Saya pernah, ya si Jebul itu...


29 komentar:

Arief Firhanusa mengatakan...

lelakon seseorang yang tertatih mencari akarnya setelah dia terhimpit pengadilan hidup, setelah dia jatuh gering, setelah dia merasa takut menghadapi sesuatu yang gelap di depannya....

Arief Firhanusa mengatakan...

wah, dobel ya?

Ge Siahaya mengatakan...

Kasihan si Jebul... *hiks* saya ikut merasakan penderitaannya.. *jangan2 saya si Jebul mbak...huhuhuuu*

Ernut mengatakan...

@arieF: iya dobel, tp tenang mas, sing sijine tak delikke, hehe

@G: jangan dong mbak...smoga tidak..

Arief Firhanusa mengatakan...

Aku cuman pengin mengatakan, ungkapan tentang "lelakon" yang Mba Ernut tuang itu sangat dahsyat.

Moga-moga aku bukan pelaku lelakon itu Mbak, kok keliatannya nelangsa gitu.

Sekar Lawu mengatakan...

rasanya aku kenal si Jebul ituuu......

Ernut mengatakan...

@arief: jadiin novel mas!

@ayik: sopo coba?

mommy adit mengatakan...

Saya sepertinya mengenal seseorang seperti lelakon si Jebul.. tp dia belum gering.... tidak ada yang berani berkata tidak kepadanya.. tidak ada satu pun orang yang berani.. saya kasihan melihatnya dan berdoa.. semoga dia cepat insyaf sebelum terjepit pengadilan hidup dan mencari akarnya....

Ernut mengatakan...

@anita: kaluk terlanjur gering dan belum insap, terlambat!

Anonim mengatakan...

waduh, semoga sayah bukan lah termasuk golongan orang-orang 'Jebul' *berdoa*, amiin.

oia mohon doa restu dan dukungan link ya *ngarep* dalam kontes SEO nasional. Dengan text : Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 link ke : http://www.ingateros.com/2009/02/kampanye-damai-pemilu-indonesia-2009.html

Kepada peserta lain mari saling belajar, saling mengajar dan saling menghajar dalam kontes Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 Bravooo SEO'ers

-eRos--

Anonim mengatakan...

mudah2an kau bukan si jebul yg tak bisa mengungkapkan keinginan...bikin bingung org lain toh..kasian..

Anonim mengatakan...

Kayaknya banyaklah, Jebul2 yang lain..., malah sangat mungkin, si Jebul itu adalah kita!

Ernut mengatakan...

@eros, kucingkeren, marsudiyanto: smoga bukan kita ya, aammiin!

Anonim mengatakan...

Semoga buka kita ya mbak.

Pembelajaran yang bagus mbak.

Anonim mengatakan...

kayak rambut yang dirasta ya bentuknya

Anonim mengatakan...

jleebbb ...
menderita sekali jadi si jebul.
moga bisa keluar dr keterhimpitan..insaf atau tobat atau apalah

Anonim mengatakan...

Jebul-jebulé Si Jebul!

Nyante Aza Lae mengatakan...

ooww..si jebul laki2 tha..? buktinya dipanggil thole..he..he

www.katobengke.com mengatakan...

wah iyah yah......
apa sebenarnya yang kita cari dalam menjalan kan hidup ini.......
walau sederhana tapi gmana yah.....
postingan yang Nice......
god luck....friends

Ernut mengatakan...

@erik: amiin..

@antown: atau direbonding? hehe

Ernut mengatakan...

@icha: dan kita cukup petik pelajarannya saja..

@yulism: lha iyo to!

@lae: dia yg kukenal mmhg lanang..

@akatobengke: tq..

Anonim mengatakan...

Makasih ceritanya mbak. Menjadi kaca belanga buat bercermin dan tetap menginjak bumi.

Jadi inget pesen dari seorang kawan yang terinspirasi dari Jim Morisson kurang lebih: Saat menyinarimu, jangan melihat ke arah matahari. Bahkan ketika kau memilikinya, atau kau akan mati karena sinarnya. Hmmm, intinya: saat di atas jangan sombong dan lupa daratan... bisa2x berakhir seperti Si Jebul...

Anonim mengatakan...

Kebetulan belum pernah mbak Ernut, tapi untungnya mbak Ernut menuliskannya sehingga saya bisa berhati-hati agar tidak menjadi Jebul berikutnya.. :( Thanks

Ernut mengatakan...

@felicity & yulis: betul, mbak!

Anonim mengatakan...

lha sekarang bagaimana nasib si jebul mbak ?

Ernut mengatakan...

@ely: si jebul masih sentik-sentik mbak, hidup berat mati tak hendak, mesakke tenan!

Kabasaran Soultan mengatakan...

Hmmmmmmm ..amat dahsyat, harapkan untung tahu-tahu buntung , sekarang2 ini lagi banyak2nya Jebul yang mau masuk senayan sana.

Lia Marpaung mengatakan...

hmmm, kok cerita si jebul ini sounds familiar yaa ? sepertinya masih ada banyak jebul2 lain yang menyebalkan disekeliling kita...dan parahnya, begitu menyebalkannya prilaku si jebul, sehingga terkadang kita lupa....kita mungkin si jebul itu sendiri....atau lupa, pernah menjadi si jebul...

apapun itu, selayaknya kita bersyukur krn ditegur kembali oleh hikayat cerita hidup si jebul....diingatkan untuk dijauhkan dari sifat si jebul, dan diingatkan dahulu kita mungkin si jebul itu...sekaligus bersyukur, si jebul telah membuat kita belajar untuk dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi....

Anonim mengatakan...

haha.. ternyata si jebul itu dari sini jebulnya...