Mengingat kondisi Jebul saat sakit dan hasil upaya pengobatan yang dilakukan...bahwa akhirnya ruh itu terlepas dari raga kurus keringnya...hal itu bahkan sudah saya duga. Tetapi, tetap saja berita dari kolega itu menyesakkan dada, menciutkan nyali, membanting kesadaran ke tingkat yang paling curam akan arti: kematian.....
Inilah, yang tak banyak orang sadari, tak banyak orang mau menggunjingkannya..bahwa berjalannya detik demi detik waktu, tak lain adalah arah menuju satu titik: pamit dari dunia fana, menuju mati!
Jasad karib yang telah terbujur kaku-pun kadang masih sulit membuat kita ingat, bahwa semua sedang menunggu giliran. Andaipun ada yang ingat hukum giliran itu, tetapi selalu saja ditambahkan "ah, giliranku masih lama...bukan, bukan setelah si Jebul..." Kemudian setelah selesai melayat, semua kembali sibuk dan mabuk dengan dunia, berlomba mengejar posisi, berjuang menumpuk harta benda, berburu memenuhi nafsu!
Padahal,
Di kala jasad Jebul terpisah dengan ruhnya..
Bagai sempalnya pelepah dari batang pisang, dalam keadaan kering garing...
Padahal...
Di saat Jebul yang kondang "pekerja keras" dunia..
Tergolek dengan tubuh tipis, kaku, terbungkus hanya! lembaran kain putih...
Sendirian menempuh arus hidup berikutnya...
Di kala itu sebetulnya dia pengingat dahsyat kita...
Bahwa kita semua akan berakhir menjadi tak lagi bisa apa-apa, tak membawa apa-apa...
Yang kemudian berkalang tanah, perlahan lenyap, dan hanya terwakili tulisan kecil pada nisan.
Amal perbuatanku, kau penolongku! kau temanku satu-satunya untuk nyali takut ini..lho pada kemana engkau? mengapa engkau sedikit sekali? Oh..apa yang kulakukan selama di sana? kenapa aku lalai? kenapa aku sia-siakan? Oh...beri kesempatan sekali lagi kembali ke sana, aku perlu menimbun (idih... merengekpun masih menggunakan istilah menimbun...hehe) amal kebajikan, amal sholeh, amal baik, amal putih...amal apa saja yang bisa menghindarkanku dari siksa kubur..amal apa saja yang bisa menghantarku ke syurga...
Aku janji untuk menjadi sufi..Aku janjiiiii......
Terlambat! Sampun telat! Already dead meat! The end!
Wajib kifayah bagi siapapun yang megiringi jasad berpulang, untuk mendoa:
Ya Allah
Ampunilah segala dosa, khilaf dan salahnya..
Hindarkan dia dari siksa kubur,
Ringankan pertanggungjawabannya...
Balas kebaikan yang dilakukannya...
Amin!
30 komentar:
Ora sanak ora kadang.,yen mati melu kelangan...
Mbak, adakah cerita lainnya ttg latar belakang si 'jebul' ?
Wah yo nderek berduka saja mbake...
Duh.. berita kematian hampir selalu membuat saya menangis. Membaca tulisan ini pun membuat saya (hampir) menitikkan air mata. Terima kasih Mbak, sudah mengingatkan... mudah-mudahan tulisan2 mbak jadi amal kebaikan mbak kelak. Jadi ketika ditanya amal kebaikan ketika telah "saatnya", tangan mbak bilang: saya menebarkan kebaikan dan mengingatkan orang lain dengan menulis dalam blog.... (amien..)
Ooh... ternyata alm. Jebul ini bener2 ada orgnya.. Yah, hidup memang rapuh ya mbak, sebentar ada sebentar kemudian sudah 'selesai'.. Selamat jalan pak Jebul..
@srex: wah tertarik sama lelakon si jebul? sudah klik posting ttg Jebul yg judulnya "mencari akar"? sementara ya itu dulu...
@ndoro seten: maturnuwun mewakili keluarga
@mommy adit: amiin...
:D
senyum aja kali ini saya
titip belosungkowo sudah kau sampaikan ? hikmah dibalik mangkatnya si Jebul, aku bisa bertemu dengan pujaan hatiku...(ngkes!)
@G; itulah mbak, he was real!
@antown: senyum mrinding ya?
@ayik: plus bathen rong puluh ewu qiqi
Itu matoa saya belum pernah liat Mba. Saya turut berduka Mba :(
sesungguhnya saat kita belajar mengenal dan menerima "kematian", kitapun belajar mengenal dan menerima apa itu "kehidupan"...
@seno: matoa itu banyak di tanam di irian, buahnya kayak klengkeng, kayak rambutan...enak deh
@lia: korek, mbak!
semoga arwah si jebul di terima di sisiNya , meksake yo mbak, umurnya masih muda khan ?
Inallilahi wa inailaihi rojiun, mbak Ernut ini si Jebul yang mbak Ernut ceritakan beberapa minggu yang lalau kah? orang yang sukses dan lupa akan sejarahnya??.. :( Semoga Tuhan mengampuni semua dosanya. Thanks sudah mengulasnya dengan mudah untuk dipahami, dan mengingatkan saya akan semua hal itu. Thanks Mbak Ernut.
Kematian memang misteri. Meskipun pasti akan datang, kita jarang mau mempersiapkan diri untuk menyambutnya (kecuali sesudah punggung bungkuk, tangan buyuten, dan pendengaran sayup-sayup sampai). Selagi masih muda, tak pernah berpikir bahwa mati bisa kapan saja (ihiks ... jadi ingat diri sendiri, yang belum cukup beribadah kepadaNya ...
@ely: fifty, mbak..
@Yulis: aku mengingatkan diri sendiri juga mbak..
@turi: betul mbak, kadang kita suka lupa bhw untuk menghadap-Nya tidak urut tua..
Amin
tau nggak bu, pada waktu hijau tampak indah dan segar, tapi saat meninggal dia layu, manusia juga gitu lo
Ya ya menikmati tulisannya
wah turut berduka cita.
@cak win & nico & ewa: tq.
@masciput: yak betul...
wah nderek belosungkowo..
btw seneng aja dengan caramu menghantar tulisan
@ika rahutami: tq, ika..I lop yu...
Teruskan semangatmu nak!
ikut berduka ya mb, yg kuat iman.. smg dpt pengganti jebul yg baru..
@prabowo & meidy: semoga penggantinya lebih baik lagi..amin
sedih..
soalnya baru dua hari yg lalu saya juga ditinggal seorang kawan baik...
@astrid: tabahkan hatimu, mbak..
smoga aja kelak kita termasuk orang-orang yang memiliki cukup bekal yah mbak?
nderek berduka saja,kalo ampunan itu urusan dengan yang punya masalah ajalah, gak mau jadi wasit saya, bisa-bisa dipukuli malahan...
Posting Komentar