Kembali kejadian di kebon membuatku tercenung dan termenung. Pagi tadi, selain kurekam beberapa buah markisa yang makin mblendhug....ternyata ada satu buah yang berubah menjadi keriput...rupanya itu pertanda dia bakal gagal melanjutkan pertumbuhannya...atau telah selesai kontrak hidupnya..
Begitulah kehidupan..
Tak pernah tahu kita, kapan jatah kan berakhir..
Tak pandang urutan tua muda..
Tak berpatokan apa-apa..
Hanya bila saatnya tiba,
Tiada yang berdaya..
Sudahkah bekal kita cukup?
Andai saat ini dijemput?
25 komentar:
sebuah kontemplasi dalam hanya dgn memandangi buah markisa, hebat mbak!
saya kira krn saya gak pernah tahu kapan 'waktu' saya habis (untungnya), maka saya selalu mencoba menua dengan anggun :)
baru kali ini liat buah markisa :D
walah buah yg berkerut kok jadi kaya pare ya mbak
beberapa minggu ini aku sama mama lumayan rutin bersik kubur mbak, jadi diingatkan di petak2 berbunga itu dulu juga ada jiwa yang pernah mengenyam kehidupan dan sekarang ada di rumah masa depan termasuk alm. papa mertuaku dan alm. ortunya mama
@astrid: menua dengan anggun? tos, mbak!
@kenny: kaluk sirupnya udah pernah mimik to?
@ely: itu memang salah satu manfaat ziarah ya, diingatkan..
markisa keriput ituh tampilannya kayak jeruk sambel ya Nut ...
Kita tidak tahu kapan hidup kita kan berakhir.
Alangkah baiknya, kalau kita bisa menganggap hari ini adalah hari terakhir kita.
Sehingga kita senantiasa terpacu untuk selalu berbuat baik dan meminimalkan keburukan.
Nice reading mbak.
Mbak, fotonya kok bukan yang sudah mengkerut aja? Jadi lebih sesuai dengan isi posting.
benar saat kematian sentiasa merindui kita..
haduh, akhirnya nyeremin atuh!!!
jd nyadar ini banyak dosa...
ckckck...
@Erik: markisanya dibikin dua, biar yang muda dan masih seger juga siap2 gitu loh
@MAS dan krucial: betul..
enak sekali kalau dibuat juice tuh Mbak...:)
@indo: iyak betul, sueger..
Lhaaa.... itu markisane persis seperti punya bu Noor...
*yang itu kecut apa manis mbak?
@andy: kayaknya markisa memang lagi usum mas, kecut ndaknya belum tahu, belum panen...
tenan.. aku belum pernah lihat markisa mentah.. apalagi pohonnya.. apalagi yang mengkerut... Makasih sudah memberi pencerahan (padahal iki nang njobo wis peteng... ) :-)
@arul: hehe..memang banyak yang perlu diketahui dik..yang kentang ireng aja masih jadi PR to?
Markisa yang berjuang, mau mencari "makanan" hidup akan bertahan dan berkembang, sebaliknya markisa akan layu. Semoga tak ada lagi "Markisa" yang layu dan gugur. Sebuah pembelajaran yang sangat baik dari markisa. Salam, sudah saya Add link juga. Tnx.
PR kentang ireng harus dikerjakan di Jakarta.. konsultasi langsung ke mbak Er.. :-)
@seno: maturnuwun link-nya mas.
@arul: atau saya yang perlu ke kalimantan ya?
jd lucu bunda buah markisanya ... jd sept buah pare kerdil...subhanalloh misteri ilmu dibalik Ciptaan Allah SWT
ahhh perenungan hidup yang begitu mendalam
tabik
EM
"Kita tidak tahu kapan hidup kita kan berakhir.
Alangkah baiknya, kalau kita bisa menganggap hari ini adalah hari terakhir kita."
setuju banget sama mas erik *toss ya mas*
klo klapa mba', makin tua makin banyak santan..g mudeng deh..wong dq g pernah masak!
Posting Komentar