Selasa, November 04, 2008

GuguR Muda...

Kembali kejadian di kebon membuatku tercenung dan termenung. Pagi tadi, selain kurekam beberapa buah markisa yang makin mblendhug....ternyata ada satu buah yang berubah menjadi keriput...rupanya itu pertanda dia bakal gagal melanjutkan pertumbuhannya...atau telah selesai kontrak hidupnya..

*markisa sehat mlenthus*

Begitulah kehidupan..
Tak pernah tahu kita, kapan jatah kan berakhir..
Tak pandang urutan tua muda..
Tak berpatokan apa-apa..
Hanya bila saatnya tiba,
Tiada yang berdaya..

*berkerut sebelum gugur muda*

Sudahkah bekal kita cukup?
Andai saat ini dijemput?

25 komentar:

astrid savitri mengatakan...

sebuah kontemplasi dalam hanya dgn memandangi buah markisa, hebat mbak!

saya kira krn saya gak pernah tahu kapan 'waktu' saya habis (untungnya), maka saya selalu mencoba menua dengan anggun :)

Anonim mengatakan...

baru kali ini liat buah markisa :D

Anonim mengatakan...

walah buah yg berkerut kok jadi kaya pare ya mbak

beberapa minggu ini aku sama mama lumayan rutin bersik kubur mbak, jadi diingatkan di petak2 berbunga itu dulu juga ada jiwa yang pernah mengenyam kehidupan dan sekarang ada di rumah masa depan termasuk alm. papa mertuaku dan alm. ortunya mama

Ernut mengatakan...

@astrid: menua dengan anggun? tos, mbak!

Ernut mengatakan...

@kenny: kaluk sirupnya udah pernah mimik to?

Ernut mengatakan...

@ely: itu memang salah satu manfaat ziarah ya, diingatkan..

Ayik dan Ernut mengatakan...

markisa keriput ituh tampilannya kayak jeruk sambel ya Nut ...

Haris mengatakan...

Kita tidak tahu kapan hidup kita kan berakhir.
Alangkah baiknya, kalau kita bisa menganggap hari ini adalah hari terakhir kita.
Sehingga kita senantiasa terpacu untuk selalu berbuat baik dan meminimalkan keburukan.

Nice reading mbak.
Mbak, fotonya kok bukan yang sudah mengkerut aja? Jadi lebih sesuai dengan isi posting.

azlishukri mengatakan...

benar saat kematian sentiasa merindui kita..

kRucIaL mengatakan...

haduh, akhirnya nyeremin atuh!!!
jd nyadar ini banyak dosa...
ckckck...

Ernut mengatakan...

@Erik: markisanya dibikin dua, biar yang muda dan masih seger juga siap2 gitu loh

Ernut mengatakan...

@MAS dan krucial: betul..

Anonim mengatakan...

enak sekali kalau dibuat juice tuh Mbak...:)

Ernut mengatakan...

@indo: iyak betul, sueger..

Anonim mengatakan...

Lhaaa.... itu markisane persis seperti punya bu Noor...
*yang itu kecut apa manis mbak?

Ernut mengatakan...

@andy: kayaknya markisa memang lagi usum mas, kecut ndaknya belum tahu, belum panen...

Anonim mengatakan...

tenan.. aku belum pernah lihat markisa mentah.. apalagi pohonnya.. apalagi yang mengkerut... Makasih sudah memberi pencerahan (padahal iki nang njobo wis peteng... ) :-)

Ernut mengatakan...

@arul: hehe..memang banyak yang perlu diketahui dik..yang kentang ireng aja masih jadi PR to?

Seno mengatakan...

Markisa yang berjuang, mau mencari "makanan" hidup akan bertahan dan berkembang, sebaliknya markisa akan layu. Semoga tak ada lagi "Markisa" yang layu dan gugur. Sebuah pembelajaran yang sangat baik dari markisa. Salam, sudah saya Add link juga. Tnx.

Anonim mengatakan...

PR kentang ireng harus dikerjakan di Jakarta.. konsultasi langsung ke mbak Er.. :-)

Ernut mengatakan...

@seno: maturnuwun link-nya mas.

@arul: atau saya yang perlu ke kalimantan ya?

Riema Ziezie mengatakan...

jd lucu bunda buah markisanya ... jd sept buah pare kerdil...subhanalloh misteri ilmu dibalik Ciptaan Allah SWT

imelda mengatakan...

ahhh perenungan hidup yang begitu mendalam
tabik

EM

Anonim mengatakan...

"Kita tidak tahu kapan hidup kita kan berakhir.
Alangkah baiknya, kalau kita bisa menganggap hari ini adalah hari terakhir kita."

setuju banget sama mas erik *toss ya mas*

Nyante Aza Lae mengatakan...

klo klapa mba', makin tua makin banyak santan..g mudeng deh..wong dq g pernah masak!